Dilema Keberadaan Pemuda sebagai Pemahat Peradaban Bangsa


“Kami menggoyangkan langit, menggemparkan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Tetapi bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita.” –Ir. Soekarno
Berbicara mengenai cita-cita bangsa tidak lepas dari peran pemuda sebagai generasi penerus. Hampir tidak ada bangsa yang mematahkan amanat bahwa pemuda adalah kunci peradaban bangsa itu sendiri.  Apalagi jika berkaitan dengan Indonesia yang memiliki limpahan kekayaan alam sebagai pendukung untuk pembangunan nasional. Dan disinilah peran pemuda untuk menggerakkan faktor pendukung tersebut agar lebih efektif dan tercapai dengan optimal. Namun, retorika lagi-lagi bermunculan tanpa fakta lapangan yang benar-benar terjadi. Krisis moral pemuda saat ini betul-betul menghempaskan cita-cita negeri yang telah dirajut oleh perjuangan pahlawan sebelumnya. Lalu, dimanakah peran pemuda bagi pembangunan bangsa? Apa yang menyebabkan sampai saat ini pemuda indonesia tidak seluruhnya menunjukkan eksistensinya dalam dunia pembangunan nasional ?
Pemuda potensial yang dimaksud berkaitan dengan UU No.40 Tahun 2009, tentang kepemudaan, definisi pemuda adalah WNI yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan ( 16 – 30 tahun). Mereka yang digolongkan sebagai pemuda adalah tenaga produktif. Menurut BPS, tahun 2016 jumalh pemuda tercatat sebesar 64.061.400 jiwa . Hal ini berarti 25% dari jumlah penduduk di indonesia saat ini adalah pemuda. Selain itu, pemuda dikatakan sebagai “bonus demografi” karena dianggap sebagai golongan yang memiliki pemikiran, konsep yang kritis dan produktif adalah pemuda. Harusnya, dengan meningkatnya jumlah golongan pemuda dalam usia produktif dapat menggerakkan pembangunan indonesia.
Ironisnya, peran pemuda sebagai agent of change dan social control yang diusut-usut sebagai harapan bangsa, malah menjadi beban bangsa itu sendiri. Seiring berjalannya waktu, permasalahan mengenai krisis moral ini sudah semakin memprihatinkan, maraknya kenakalan remaja dan berbagai perilaku menyimpang menandakan bahwa indonesia sudah di ujung tanduk. Penyimpangan pemuda yang kian menjamur di seluruh pelosok negeri seakan-akan merupakan kegagalan lembaga pendidikan dalam rangka membentuk pemuda yang berkarakter. Padahal, semua elemen lapisan memegang peran penting dalam membentuk karakter seperti keluarga, lingkungan, teman dan masyarakat. Selain itu, dalam perkembangan teknologi yang tidak terkontrol juga membawa dampak besar dalam krisis moral di indonesia. Hal ini yang membuat bangsa harus berkaca, bahwa pemuda saat ini sebagai beban sosial.
Disamping itu, dampak merosotnya moral pemuda tidak lepas terhadap masalah ekonomi yang ditimbulkan.  Meskipun terjadi peningkatan jumlah golongan pemuda mengakibatkan perubahan pola dan minat lapangan pekerjaan yang timpang antara sektor ekonomi desa dan kota. Berdalih sebagai “bonus demografi” malah menjelma sebagai “window of disaster”. Tahun 2017, pengangguran tercatat naik dari 7.0 juta menjadi 7.04 juta orang yang disebabkan jumlah angkatan kerja yang meningkat. Tak heran, negeri ini harus berhenti “menggigit jari” dan mengembalikan peran pemuda.
Selain itu, terkikisnya rasa nasionalisme di kalangan pemuda menjadi kekhawatiran bagi keberlangsungan persatuan dan kesatuan tanah air, sementara peran pemuda yang diharapkan untuk menjaga keutuhan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan dan pembinaan yang berkarakter dirasa sangat krusial dalam membentuk pemuda untuk memahat peradaban Negara. Karakter yang dimaksud merupakan hal yang sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, karena ketika kita kehilangan karakter, generasi penerus pun juga akan hilang. Karakter harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat dan memperkuat jati diri bangsa.
 Dalam mewujudkan pembangunan Negara, Pemuda harus mati-matian dalam rangka pembelian cita-cita Negara. Satu dan utama adalah memperbaiki moralitas bangsa itu sendiri. Karena dengan mengevaluasi moral, kesadaran akan pembangunan lebih baik lagi semakin tinggi.  Inilah langkah perdana untuk kembali berfokus pada cita-cita bangsa yang sudah lama di iming-imingkan. Dan,sudah seharusnya seluruh lapisan masyarakat maupun pemerintah turut andil dalam pendidikan karakter sebagai kunci pembangunan nasional. Apalagi saat ini, Negara-negara didunia tengah gencar dalam Sustainable Development Goals dimana 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi. Dengan pendidikan berkarakter, SDGs di indonesia akan terlaksana dengan optimal dan pemuda secara signifikan mengambil peranan yang besar dalam memahat peradaban bangsa yang historis.

Komentar