GERAKAN BERANI (BERSIH DARI DINI) SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN SUNGAI KARANG MUMUS


GERAKAN BERANI (BERSIH DARI DINI) SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN SUNGAI KARANG MUMUS








KELOMPOK 7 :
RABI’ATUL HUSNA          (1501035086)
JO CHE YEN                        (1601025187)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MULAWARMAN






ABSTRAK
Sungai Karang Mumus adalah anak sungai Mahakam yang melintasi Kota Samarinda. kondisi sungai karang mumus. Keadaan sungai karang mumus saat ini mengalami kondisi tercemar, pendangkalan dan pengendapan lumpur tinggi serta berwarna keruh.  Dampak buruk terhadap keadaan sungai karang mumus tersebut merupakan  akibat dari aktifitas masyarakat di sekitar sungai. Dari hal tersebut berdampak  berbagai masalah, salah satunya adalah banjir dan tidak dapat digunakan sebagai sumber kegiatan perekonomian. Penelitian ini bertujuan memberikan solusi dari permasalahan tersebut, yaitu dengan gerakan Berani (bersih dari dini) Sungai Karang Mumus. Adapun metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah deskriptif kualitatif.
Kata Kunci : Sungai Karang Mumus, gerakan Berani, lingkungan ekonomi.











BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang

Lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dan lingkungan saling berkaitan antara satu dengan lainnya, dilihat dari aktivitas kehidupan yang sangat tinggi dapat menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan sekitar lingkungan. Suatu tatanan  lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal.  Namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab tercemarnya suatu  tatanan lingkungan adalah limbah. Limbah dapat meyebabkan kerusakan pada lingkungan hidup.
 Lingkungan hidup yang rusak atau terganggu keseimbanganya perlu direhabilitasi agar kembali berfungsi sebagai penyangga  kehidupan dan memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Di Samarinda, sungai yang mengalami kehilangan fungsi dan penurunan  kualitas airnya adalah Sungai Karang Mumus. Sungai Karang Mumus adalah salah satu sungai yang mengalir di Kota Samarinda dan merupakan anak sungai  Mahakam yang mengalir dari utara ke selatan yang melintas di tengah-tengah  Kota Samarinda.
Saat ini pemerintah Kota Samarinda terus berusaha melakukan pengendalian pencemaran air dalam wilayah Kota Samarinda, dengan melakukan pemeliharaan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air. Hal ini dilakukan dalam rangka terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) serta mengembangkan kapasitas kelembagaan yang bertanggungjawab dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup yaitu: 1)Terlaksananya pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang bersifat kooperatif dan berkesinambungan; 2) Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam yang berlandaskan prinsip-prinsip konservasi, rehabilitasi dan pemulihan yang benar; 3) Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam pengelolaan lingkungan; 4) Mengembangnya sistem informasi dan teknologi sebagai dasar pengelolaan lingkungan.
Namun masalah pencemaran tetap belum teratasi seutuhnya, akibat pencemaran tersebut, kota Samarinda sejak beberapa tahun terakhir selalu menghadapi permasalahan banjir yang melanda sebagian besar wilayah kotanya. Wilayah yang mengalami permasalahan, sebagian besar berada di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus.
Berdasarkan hasil observasi, Sungai Karang Mumus yang melalui Kecamatan Samarinda Kota airnya keruh kecoklat-coklatan, bahkan sekali waktu hitam dan berbau sangat menyengat. Tumpukan sampah mendangkalkan sungai, terjadi terutama di kawasan jalan perniagaan pasar segiri, mengendap membentuk sedimen. Warga terus membuang limbah ke sungai, baik itu limbah berbagai jenis usaha, sortiran sayur yang tidak terjual maupun limbah ternak ayam. Semua dibuang ke sungai, seakan-akan tidak ada peraturan yang melarang. Sehingga ketika hujan turun, air yang dibawa ke sungai mengandung lumpur.
Oleh karena itu salah satu bentuk solusi nyata yang dapat diterapkan adalah gerakan  Berani (Bersih Dari Dini) Sungai Karang Mumus guna menyelamatkan lingkungan hidup. Efek domino yang diharapkan, dengan bersihnya Sungai Karang Mumus mampu membangun geliat perekonomian warga disekitar Sungai. Karena dengan bersihnya lingkungan hidup, khususnya sungai dapat dimanfaatkan sebagai sumber kegiatan perekonomian.


1.2   Rumusan Masalah

Atas dasar permasalahan tersebut maka pertanyaan penelitian yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini adalah:
1.       Bagaimana gerakan Berani (Bersih Dari Dini) Sungai Karang Mumus dapat mengurangi pencemaran di Sungai Karang Mumus?
2.       Bagaimana gerakan Berani (Bersih Dari Dini) Sungai Karang Mumus dapat membangun perekonomian masyarakat di sekitar Sungai Karang Mumus?

1.3. Tujuan Peneltian
1.       Bagaimana model terbaik untuk menangani pencemaran Sungai Karang Mumus untuk direkomendasikan ke pemerintah setempat, (Pemkot Samarinda).
2.       Bagaimana Membangun perekonomian masyarakat di sekitar Sungai Karang Mumus

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi:
1.       Pemerintah Daerah dalam menangani sampah, terutama yang disebabkan oleh pembuangan limbah.
2.       Pihak-pihak yang melakukan penelitian di bidang lingkungan dalam hal pengelolaan limbah.
3.       Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup, terutama lingkungan perkotaan yang di wilayahnya terdapat aliran sungai.

1.5   Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Kualitatif, yakni penelitian yang berfokus pada aspek edukasi dan yuridis. Secara edukasi berupa praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru). Secara yuridis berupa peraturan perundang-undangan dan dilakukan dengan cara mempelajari peraturan perundang-undangan serta peraturan yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari bahan primer, bahan sekunder, serta dilakukan wawancara dengan narasumber yang dilakukan untuk melengkapi dan menguatkan data-data yang diperoleh dari hasil studi pustaka.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini secara kualitatif, dimana data yang sudah terkumpul akan diolah kembali agar mendapatkan data yang relevan dan dapat dipertangungjawabkan. Selain itu data tersebut nantinya akan menemukan gambaran penyelesaian masalah melalui gerakan Berani sebagai penyelamatan ekosistem Sungai Karang Mumus.










BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Landasan Teori

Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup adalah sirkuler. Setiap aktivitas manusia, sedikit ataubanyak akan mengubah lingkungan hidupnya (Kristanto, 2002:30). Secara umum terdapat beberapa faktor yang ikut menentukan sifat lingkungan hidup dalam hubungannya dengan manusia, di antaranya adalah:
a.       Jenis dan jumlah masing-masing unsur lingkungan hidup tersebut.
b.      Interaksi antarunsur dalam lingkungan tersebut.
c.       Kelakuan dan kondisi unsur lingkungan. Misalnya, kota yang penduduknya aktif dan giat bekerja, berbeda sifatnya dengan kota yang serupa namun penduduknya santai dan malas.
d.      Faktor nonmaterial. Misalnya suhu, kelembaban, cahaya, kebisingan, dan lain-lain.
Menurut bentuknya limbah dapat digolongkan sebagai limbah cair dan limbah padat. Limbah cair berasal dari aktivitas rumah tangga yang meliputi pembuangan air bekas mandi, cuci dan air hujan. Pada umumnya air bekas mandi, cuci dibuang secara langsung ke selokan, sungai atau empang/sawah/kolam. Sehingga menyebabkan pencemaran di daerah yang dilalui sungai. Sedangkan air hujan mengalir ke selokan sehingga menghanyutkan sampah domestik yang dibuang ke selokan atau terbawa oleh air hujan masuk ke badan sungai (Haeruman, 1986:39).

2.1.1 Lingkungan hidup
Sastrawijaya (2009:7) menegaskan lingkungan hidup ialah jumlah semua benda yang hidup dan tidak hidup serta kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati. Manusia di sekitar kita ada pula bagian lingkungan hidup kita masingmasing. Oleh karena itu kelakuan manusia, dan dengan demikian kondisi sosial, merupakan pula unsur lingkungan hidup kita.

2.1.2 Kualitas Lingkungan Hidup
Menurut Sastrawijaya (2009:7-8) konsep kualitas lingkungan hidup sangat erat hubungannya dengan konsep kualitas hidup. Suatu lingkungan hidup yang dapat mendukung kualitas hidup yang baik dikatakan mempunyai kualitas yang baik pula dari vice versa.

2.1.3 Pembangunan Berkelanjutan
Dalam Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Berpijak dari pengertian di atas, paradigm pembangunan yang semula berfokus pada pertimbangan ekonomi semata bergeser kepada paradigma pembangunan dengan sektor lingkungan dan sosial sebagai sektor yang tidak bisa ditinggalkan.

2.1.4 Pencemaran Lingkungan Hidup
Menurut Monique (2005:8-9) pencemaran lingkungan ialah masuknya atau memasukan makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan. Pengertian lainnya, berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu, yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.




2.1.5 Faktor-faktor daya tarik wisatawan
Analisis pengembangan rekreasi sumber daya sungai Code akan terkait dengan daya tarik wisatwan berdasarkan sejumlah faktor – faktor daya tarik wisata berikut (Haryono, 1979; Merigi, 2007; Rosadi, 2009), yaitu :
a.       Ada sesuatu yang dapat dilihat / to see
Tempat kunjungan wisata memiliki sesuatu yang bisa dilihat oleh wisatwan. Sehingga obyek atau atraksi apa saja yang bisa dilihat dan menarik bagi wisatawan perlu di kembangkan guna menarik para wisatawan baik domestik maupun manca negara.
b.      Adanya sesuatu yang dapat dikerjakan / to do
Selain potensi yang dapat dilihat, maka wilayah obyek wisata perlu memiliki sesuatu yang dapat dilakukan atau dikerjakan oleh wisatawan seperti jalan kaki, bermain, belajar, olah raga dsb sehingga para wisatwan akan merasa betah berada di daerah tersebut yang akan mempengaruhi lama tinggal wisatawan pada obyek wisata.
c.       Faktor sesuatu yang dapat diperoleh / to buy
Tenpat kunjungan wisata sebaiknya mempunyai sesuatu yang menarik untuk dibeli seperti makanan, kerajinan atau souvenir sebagai kenangan wisatawan








BAB III
PEMBAHASAN
3.1   Keadaan Sungai Karang Mumus
Keadaan Sungai Karang Mumus saat ini mengalami kondisi tercemar, pendangkalan dan pengendapan lumpur tinggi serta berwarna keruh.  Dampak buruk terhadap keadaan Sungai Karang Mumus tersebut merupakan  akibat dari aktifitas masyarakat di sekitar sungai. Hal ini bahkan  telah berakibat pada berkurangnya biota sungai dan mengakibatkan  kekeringan. Masyarakat yang bermukim dibantaran Sungai Karang Mumus  mengetahui jika kualitas lingkungan Sungai Karang Mumus telah terganggu.  Mereka mengetahui bahwa penurunan kualitas sungai disebabkan oleh  individu yang tidak sadar atau sadar telah berbuat merusak lingkungan  disekitar bantaran sungai, merusak dengan sengaja atau tidak sengaja  mencemari dan merusak kualitas air. Menurut  hasil sampel data Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda, kualitas air Karang Mumus (Kehewanan) dari tahun 2009  sampai dengan 2012 telah  melebihi ambang batas baku mutu kualitas air, yang mana sungai  tersebut telah tercemar.
Setiap hari penduduk kota Samarinda membuang sampah dalam jumlah besar. Sampah-sampah tersebut berasal dari kegiatan pertanian, pasar, rumah tangga, hiburan dan industri. Sampah tersebut akan menumpuk jika terlambat dibersihkan. Tumpukan sampah ini makin lama makin tinggi dan membusuk sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Umumnya tumpukan sampah ini berada di tempat penampungan sampah sementara yang dibuat di tepi jalan yang dekat dengan bibir parit. Peningkatan volume sampah ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk. Penduduk yang besar menghasilkan sampah yang besar pula. Sampah yang berasal dari masyarakat disebut sampah domestik.
Kegiatan rumah tangga di atas menyisakan limbah domestik atau sampah masyarakat (Djajadiningrat dan Harry terjemahan : Environmental Management in Indonesia, 1993 : 17 dan 18). Volume sampah menumpuk tersebut banyak terlihat di kota-kota besar termasuk Samarinda. Sisa sampah padat di kota Samarinda (Pemkot Samarinda, 2004 : 15) sekitar 15 ton per hari yang menumpuk di pinggir jalan di bibir parit pada tempat penumpukan sementara. Sampah yang tidak terangkut akan membusuk dan dibawa oleh air hujan masuk ke parit yang akhirnya masuk kesungai Karangmumus yang berakibat pencemaran air sungai yaitu kualitas air yang rendah ditandai dengan meningkatnya Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD).
Bertambahnya sampah domestik sejalan dengan perkembangan pembangunan fisik, dan pertambahan penduduk yang cepat namun tidak diikuti oleh peningkatan sarana dan prasarana yang memadai. Akibat dari pencemaran tersebut keseimbangan lingkungan terganggu, misalnya terjangkitnya penyakit menular. Contohnya adalah beberapa kasus yang memperkuat dugaan akan tercemarnya Sungai Karang Mumus karena penanganan limbah yang tidak tepat seperti dilaporkan (Kuahaty, 1991, dalam Ristono, 1993 : 8) bahwa penyebab pencemaran air Sungai Karang Mumus antara lain adanya WC/jamban terapung yang berderet-deret di sepanjang sungai, sampah minyak dari speedboat atau perahu motor yang berlayar di sungai tersebut terutama di bagian hilir, sampah rumah tangga dan penggunaan air untuk cuci, mandi dan tempat membuang sampah. Pada tahun 1991, wabah muntaber (muntah berak) pernah menyerang warga Kota Samarinda yang diduga sumber penyebabnya berasal dari Sungai Karang Mumus.

3.2   Konsep Gerakan Berani Sungai Karang Mumus
Konsep dasar munculnya Gerakan Berani Sungai Karang Mumus didasari pada mirisnya pemandangan sungai karangmumus yang penuh dengan limbah. Padahal Sungai Karang Mumus menjadi pusat bagi warga sekitar dalam pemenuhan kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari. Selain itu, apabila Sungai Karang Mumus airnya bersih, dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar dalam kegiatan perekonomian.
Gerakan ini melibatkan siswa-siswa sekolah dasar di samarinda untuk menjadi relawan dalam membersihkan Sungai Karang Mumus. Dengan jumlah Sekolah dasar 246 di Samarinda. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan penjadwalan setiap minggu satu sekolah dasar. Relawan yang dibutuhkan 10-20 orang untuk kemudian membersihkan Sungai Karang Mumus dengan perahu dan alat kebersihan lainnya.
Apabila kegiatan ini konsisten dilakukan, dalam jangka panjang Sungai Karang Mumus akan bersih. Ketika Sungai Karang Mumus bersih, maka air nya dapat dimanfaatkan, misalnya dibendung menjadi tempat pemancingan. Dari tempat pemancingan tersebut bisa merembet ke usaha ekonomi lain seperti lahan parkir dan perlengkapan memancing.
Berikut adalah jumlah sekolah dasar di Kalimantan Timur
Dari tabel di atas, diketahui jumlah sekolah dasar di Samarinda berjumlah 246 Sekolah Dasar.

3.3   Fungsi, Peran dan Makna Gerakan Berani  Sungai Karang Mumus
Gerakan Bersih Dari Dini Sungai Karang Mumus merupakan gerakan yang sangat baik dalam mengantisipasi kondisi lingkungan hidup yang tercemar. Gerakan ini banyak memuat tatanan dan ajaran yang baik bagi kehidupan bersama, hal ini dapat diadopsi dan dikembangkan untuk kemudian diterapkan di daerah lain di Indonesia.
Dengan melibatkan pelajar sekolah dasar, hasil yang didapatkan dari kegiatan ini adalah akan menumbuhkan rasa malu membuang sampah sejak dini. Memunculkan kebiasaan untuk tidak membuang sampah ke sungai dan lingkungan hidup lain dan dengan melihat pelajar sekolah dasar membersihkan sungai akan menimbulkan rasa malu bagi warga sekitar ketika akan membuang sampah.
Dalam jangka panjang, apabila gerakan ini konsisten dilakukan, maka hasil yang didapat adalah sungai yang bersih. Sungai yang bersih dapat dimanfaatkan oleh warga untuk menjadi sumber kegiatan perekonomian. Jadi tidak hanya edukasi peduli lingkungan yang didapatkan, namun juga membangun perekonomian masyarakat sekitar Sungai Karang Mumus.
3.4  Mekanisme Penerapan Gerakan Berani Sungai Karang Mumus
Mekanisme yang digunakan agar proses edukasi dapat berjalan dengan baik tentunya harus bekerjasama dengan pemerintah daerah khususnya Dinas Lingkungan Hidup kota Samarinda, dan Dinas Pendidikan Samarinda, karena unit pemerintah tersebut nantinya akan memberikan fasilitas sekaligus izin agar proses edukasi tentang lingkungan hidup dapat dilaksanakan. Ketika izin sudah didapatkan tentunya komunitas yang tergabung dalam gerakan Bersih Dari Dini Sungai Karang Mumus dapat mengadakan kerja sama dengan sekolah dasar yang ada di samarinda.
Target yang ingin dicapai adalah  minimal 20 pelajar sekolah dasar setiap pekannya bertugas sebagai relawan, berarti setiap bulannya memiliki target minimal sebanyak 80 pengunjung. Untuk mencapai target tersebut tentunya harus dijadwalkan oleh tim pengelola mulai dari proses penjadwalan sekolah dasar, syarat-syarat peserta didik dapat menjadi relawan dan reward apa yang diberikan.
Sasaran lain yang ingin dicapai adalah dengan dengan bersihnya Sungai Karang Mumus, dapat membangun geliat perekonomian warga. Seperti membendung air untuk dibuat ternak ikan atau kolam pemancingan yang akan menjadi sumber pendapatan bagi warga sekitar. Baik dari usaha pemancingan, Perlengkapan mancing, parkiran maupun usaha lainnya yang akan berdiri mengikuti perkembangan tempat pemancingan. Namun untuk mencapai tujuan berkelanjutan ini dibutuhkan peran masyarakat serta pengawasan dari pihak yang terlibat dalam gerakan Berani.

3.6 Peluang Adopsi Gerakan Berani Sungai Karang Mumus
Gerakan Berani merupakan inovasi baru untuk mengatasi permasalahan pencemaran ekosistem bawah air di Indonesia, konsep atau gagasan ini dapat diterapkan diseluruh daerah di Indonesia guna menekan tindakan pencemaran lingkungan hidup. Alasan pertama kenapa konsep ini dapat diterapkan di daerah lain adalah kesamaan dalam mengendalikan pencemaran lingkungan hidup, dan salah satu cara terbaik adalah mengedukasi generasi penerus bangsa agar menghindari perbuatan tersebut melalui pengalaman langsung membersihkan lingkungan yang tercemar. Alasan kedua adalah kita mampu membangun perekonomian apabila sungai yang melintang di tengah-tengah kota apabila sungainya bersih.
Apabila konsep ini dirasa baik maka pemerintah wajib membantu agar gagasan ini dapat dilaksanakan. Selain itu gagasan ini sesuai dengan Pasal 4 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan.
Urgensi menjaga lingkungan hidup agar bebas dari pencemaran tentunya dibutuhkan peran pemerintah dan masyarakat untuk mendukung setiap gagasan yang ada, baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dalam menjaga keberlangsungan kehidupan. Apabila lingkungan hidup bebas dari pencemaran, manfaat yang dirasakan bukan hanya dari satu sisi kesehatan saja, namun bisa dari sisi lainnya.
Analisis pengembangan rekreasi sumber daya Sungai Karang Mumus akan terkait dengan daya tarik wisatwan berdasarkan sejumlah faktor – faktor daya tarik wisata berikut (Haryono, 1979; Merigi, 2007; Rosadi, 2009), yaitu :
a. Ada sesuatu yang dapat dilihat / to see
Tempat kunjungan wisata memiliki sesuatu yang bisa dilihat oleh wisatwan.
b. Adanya sesuatu yang dapat dikerjakan / to do
Selain potensi yang dapat dilihat, maka wilayah obyek wisata perlu memiliki sesuatu yang dapat dilakukan atau dikerjakan oleh wisatawan.
c. Faktor sesuatu yang dapat diperoleh / to buy
Tempat kunjungan wisata sebaiknya mempunyai sesuatu yang menarik untuk dibeli seperti makanan, minuman, kerajinan atau souvenir sebagai kenangan wisatawan.










BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1   Kesimpulan
            Pencemaran kualitas yang terjadi di Sungai Karang Mumus menjadi tanggungjawab bagi semua pihak yang ada di samarinda. Untuk itu solusi yang dapat dilakukan agar mengurangi pencemaran Sungai Karang Mumus adalah gerakan berani atau bersih dari dini. Gerakan ini berupa kegiatan membersihkan Sungai Karang Mumus setiap minggu dengan menggunakan peserta didik dari sekolah dasar sebagai relawan. Tujuannya sebagai proses edukasi sejak dini dan mengurangi sampah itu sendiri.
            Dengan berkurangnya sampah di Sungai Karang Mumus, akan menghasilkan sungai yang bersih dan dapat dimanfaatkan warga sebagai sumber kegiatan perekonomian. Gerakan berani memiliki tiga tujuan yaitu sebagai solusi mengurangi pencemaran Sungai Karang Mumus, kedua sebagai sarana edukasi masyarakat dan yang terakhir mampu berperan dalam membangun perekonomian warga di sekitar Sungai Karang Mumus.
4.2   Rekomendasi
1.       Perlunya koordinasi pihak-pihak terkait agar peserta didik yang dijadikan relawan mampu melaksanakan tugas tanpa ada paksaan atau keberatan.
2.       Perlunya pemerintah kota samarinda memfasilitasi dan mendanai kegiatan tersebut.
3.       Diperlukan pengawasan agar kegiatan ini dapat berjalan optimal.




Daftar Pustaka
Perbawasari, S, Fatma Sjuiraida, D, & Ayu Lestari, V, H 2016,  Proses Public Relations Dalam Program Gerakan Pungut Sampah Pemerintah Kota Bandung’, Jurnal Penelitian Komunikasi, Vol 19, No. 2,  hh. 95-108
           
            Yumita D S, N, Sina, L & Wisnu Wardana, K, H 2014, ‘Tinjauan Yuridis Dampak Relokasi Warga Terhadap Lingkungan Hidup Di Sungai Karang Mumus Di Kecamatan Samarinda Ilir’, Jurnal Beraja Niti, Vol 3, No. 3, hh. 1-20

            Sudiran F, L, M 2005, ‘Instrumen Sosial Masyarakat Karangmumus Kota Samarinda Dalam Penanganan Sampah Domestik’ Makara, Sosial Humaniora, Vol.9, No. 1, hh. 16-26

                Rofandy, M 2017, ‘Upaya Pemerintah Kota Samarinda Dalam Pengendalian Pencemaran Sungai Karang Mumus Di Kecamatan Samarinda Kota’ Ejournal Ilmu Administrasi Negara, Vol. 5, No. 1, hh. 1-15






 





Komentar