Pemimpin suatu negara atau negeri adalah ibarat
jantung bagi kehidupan manusia. Pemimpin
pada suatu negara merupakan identitas bagaimana cover luar yang dilihat oleh
negara lain bagaimana kehidupan yang ada didalamnya. Dalam suatu negara pondasi
paling kuat adalah adanya masyarakat dan pemerintah yang selaras. Tapi apakah
itus semua berjalan sebagaimana mestinya?
Para pemimpin negara saat ini telah
kehilangan kepercayaan dari rakyat yang memilih mereka duduk di kursi
kehormatan. Penduduk yang sekian banyaknya yang terdiri dari beraneka ragam
budaya, agama, suku, dan ras kini tak ubahnya seperti tikus di kandang
harimau. Negeri yang katanya
mengutamakan keadilan dalam bentuk apapun. Tapi apakah setiap lapisan
masyarakat sudah merasakan keadilan?
Saya rasa belum terlaksana di dalam negara kita. Di Indonesia dewasa ini yang nampak secara nyata tentang
keadilan adalah bahwa keadilan ada dan dibuat bagi mereka yang memiliki harta
dan kekuasaan. Hal ini sangat tampak dari perlakuan hukum yang di dapat. Misalnya saja kasus nenek-nenek yang dilaporkan mencuri
tiga buah kakao bisa langsung ditangkap dan diproses sampai tingkat pengadilan.
Sedangkan para koruptor, yang jelas-jelas sangat merugikan negara hanya dihukum
7 tahun saja. Itupun setelah melalui proses hukum yang sangat panjang dan
berbelit-belit. Seolah-olah mereka kebal terhadap hukum sehingga hampir semua
pihak berusaha menutupi kesalahan dan membebaskan mereka dari jerat hukum.
Bahkan setelah dalam tahanan mereka masih menikmati kamar penjara dengan
fasilitas yang lengkap mirip hotel bintang lima. Saya melihat beberapa bulan
yang lalu lewat layar televisi bagaimana salah satu program dari Trans 7 yaitu
“mata najwa” melakukan sidak ke lapas sukamiskin. Salah satu yang paling tidak
masuk akal adalah saat memasuki sel tahanan oleh Setya Novanto yang seolah-olah
sel tahanan beliau sama seperti yang lain dengan penuh kesederhanaan menyambut
tim wartawan dengan senyum yang dipanacarkan seolah sandiwara yang dilibatkan
kepada seluruh masyarakat Indonesia. Dan setelah siaran sidak telah berlangsung
beberapa tim najwa mendapatkan fakta-fakta baru mengenai lapas sukamiskin yang
ditempati oleh beberapa koruptor. Kamar yang ditempati oleh setya novanto
ternyata adalah kamar palsu dan nama yang ditemukan didepan kamar berupa
tulisan yang baru saja ditulis sedangkan adik mantan Gubernur Banten Atut
Chosiyah, Tubagus Chaeri Wardana diketahui merenovasi empat kamar tahanan
sekaligus, hanya untuk dirinya. Namun jika ditelusuri lebih lanjut para anggota
napi yang ditahana seperti kekerasan dalam rumah tangga memiliki sel tahanan
yang sangat sempit makan, tidur, dan tempat untuk mandi hanya disekat melalui
gorden saja. Bagaimana tanggapan pemerintah dan aparatur menilainya? Setelah
terjadi sidak pemerintah dan aparatur mulai berlomba untuk memecat para
karyawan yang telah memberikan hak istimewa terhadap napi koruptor. Kenapa baru
sekarang? Apakah memang begini cara kerja pemerintah setelah ditonton oleh
sejuta umat apakah mereka baru mengambil tindakan. Ini adalah salah satu yang
membuat hukum di negara Indonesia sangat goyah walaupun berdasarkan asas
pancasila.
Komentar
Posting Komentar