Program Hilirisasi untuk Mendukung Ekspor Indonesia dengan Olahan Nasi Kuning Instan Makanan Khas Kaltim
Nasi
kuning merupakan sarapan khas masyarakat Kalimantan Timur. Makanan ini tidaklah
sulit untuk ditemukan karena banyak sekali dijual pada pagi hari. Nasi kuning
adalah nasi gurih yang dimakan dengan bumbu merah dan empat lauk andalan, yaitu
ikan haruan, ayam, telur ayam dan daging sapi. Selain itu dilengkapi dengan
serondeng, mie kuning dan bawang goreng yang membuat nasi kuning semakin terasa
nikmat. Tidak hanya untuk sarapan, beberapa kedai di beberapa tempat pun
menjual nasi kuning sebagai menu untuk makan malam. Namun makanan ini tidaklah
mudah untuk diolah, makanan ini masih diolah secara tradisonal. Dari memasak
nasi dengan santan, pengolahan lauknya, dan pengolahan bumbu yang tidak mudah.
Sehingga nasi kuning yang pengolahannya pun masih secara tradisional, dengan
adanya revolusi industri akan membuat nilai tambah dari nasi kuning tersebut. Program
hilirisasi dengan bantuan tekhnologi dapat menjadikan nasi kuning instan yang
dapat didistribusikan di dalam negeri bahkan di luar negeri.
Ekspor merupakan proses transportasi
barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain. Barang yang diekspor
Indonesia adalah hasil pertanian, hasil hutan, hasil perikanan, hasil
pertambangan, hasil industri dan tenaga kerja. Keuntungan yang didapat dari
kegiatan ekpor yaitu menambah devisa negara
dan memperluas pasar bagi produk Indonesia . Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) nilai ekspor Provinsi Kalimantan Timur pada Mei 2018 mencapai
US$ 1,49 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,65 persen dibanding
dengan ekspor April 2018. Sementara dibandingkan dengan Mei 2017 mengalami
peningkatan sebesar 5,06 persen.
Hilirisasi merupakan program
pemerintah mengolah sumber daya alam sebagai bahan mentah menjadi produk yang
bernilai tambah di dalam negeri. Tujuan dari hilirisasi ini untuk mendapatkan
nilai tambah produk bahan mentah, selain
itu untuk memperkuat struktur industri, selain itu juga untuk menyediakan
lapangan pekerjaan dan memberi peluang usaha di Indonesia. Program ini
merupakan gerakan untuk mendukung ekspor indonesia. Program ini juga bisa
mendukung masyarakat untuk menggunakan dan mencintai produk indonesia.
Hilirisasi sebagai revolusi industri juga dapat menjadikan mesin-mesin sebagai
pengganti otot manusia, dengan tekhnologi akan meringankan pekerjaan manusia
dan dapat memproduksi dengan lebih cepat.
Dari data BPS tersebut bahwa ekpor
mengalami peningkatan, akan memberikan peluang bagi Kalimantan Timur untuk
menyediakan barang ekspor sebanyak-banyaknya. Batu bara merupakan komoditas
ekspor terbesar di Kalimantan Timur, namun hal tersebut tidak menutup peluang
untuk komoditas lainnya untuk bersaing dalam perdagangan ekspor. Dengan adanya
program hilirisasi, diharapkan Kalimantan Timur tidak hanya mengekspor bahan
mentah tetapi juga dapat mengolah bahan mentah menjadi produk jadi yang dapat
langsung digunakan. Dari fenomena diatas bahwa nasi kuning merupakan sarapan
khas masyarakat Kaltim, namun pengolahannya masih tradisonal, sehingga tidak
dapat diekspor. Terlebih lagi nasi kuning bukan makanan yang dapat disimpan
lama, hal tersebut dapat menjadikan suatu trobosan usaha untuk gerakan
hilirisasi.
Kita dapat terinspirasi dari Korea
Selatan yang membuat produk nasi instan yang memudahkan penggunanya yang tidak
mempunyai waktu untuk memasak nasi. Selain itu biisa kita lihat produk indomie real meet, mie instan yang menyediakan
daging asli tetap utuh, dengan rasa rendang, ayam jamur , empal dan telur.
Daging asli indomie ini dibantu dengan tekhnologi retort yaitu proses terbaik
untuk mengawetkan makanan basah dan tidak asam dengan mengelola pangan dalam
kondisi kedap dan suhu panas tertentu. Dari menu praktis Korea Selatan dan
produk indomie tersebut Kalimantan Timur juga bisa melakukan revolusi industri
dengan gerakan hilirisasi yang dapat membuat suatu produk yang akan mengenalkan
ikon dari Kaltim yaitu nasi kuning instan. Nasi yang dibuat hanya dengan
seduhan air panas, didiamkan selama beberapa menit hingga jadi nasi dan
ditambahkan lauk daging asli dengan
bumbu merahnya. Bisa dibuat menjadi 4 varian produk dengan lauk yang
berbeda, yaitu ikan, ayam, telur, dan daging. Sehingga dapat didistribusikan di
daerah-daerah di Indonesia dan diekpor ke luar negeri.
Namun hal ini tidaklah mudah,
pembuatan sebuah industri membutuhakan biaya yang sangat besar, belum lagi
tekhnologi yang digunakan. Selain itu jika nasi kuning ini benar ada, akan
menurunkan penghasilkan pedagang-pedagang nasi kuning, karena nasi kuning
instan lebih praktis. Selain itu makanan praktis juga tidak memberikan rasa
yang benar-benar sama dengan makanan aslinya karena proses produksi dengan
tekhnologi.
Untuk mendukung ekspor kita perlu
melakukan hilirisasi, dibantu dengan tekhnologi dapat membuat Kaltim dapat
mengolah nasi kuning instan. Namun masih banyak masih kendala yang akan
dihadapi.
Komentar
Posting Komentar