KONDISI PEREKONOMIAN DITENGAH PANDEMI VIRUS CORONA


Coronavirus Disiase 2019 atau disingkat Covid – 19 dinyatakan sebagai pandemi sejak 11 Maret 2020 oleh Organisasi kesehatan dunia (WHO). Pandemi ini mengindikasikan bahwa infeksi Covid-19 ini sangat cepat hingga menyebar hampir keseluruh Negara atau wilayah di dunia. Tak terkecuali negeri ini, Indonesia juga merupakan salah satu Negara yang terkena infeksi virus Covid- 19. Pemerintah menyatakan dari data yang dihimpun memperlihatkan bahwa jumlah pasien Covid – 19 semakin bertambah. Hingga Jumat (4/4/2020) total terdapat 2.092 kasus, 191 meninggal dan 150 dinyatakan sembuh.  Peningkatan jumlah orang yang terinfeksi terjadi dalam waktu singkat sehingga membutuhkan penanganan yang cepet dan tepat. Data Worldmeters menunjukan penyebaran virus corona yang tertinggi berada pada Negara Amerika Serikat, Italia, Spanyol, kemudian Jerman. Penyebaran virus corona yang telah meluas tentu membawa dampak pada perekonomian global. 

Virus yang berasal dari negeri china dan menyebar luas keberbagai Negara ini berhasil membuat was-was ekonomi dunia dan memicu krisi ekonomi baru. Semakin banyaknya orang yang telah terinfeksi oleh virus ini membuat pemerintah memberikan himbauan kepada masyarkat melakukan social distancing atau menjaga jarak antar masyarakat. Mulai dari imbauan bekerja di rumah bagi karyawan, sekolah / kuliah dengan sistem Daring (dalam jaringan) hingga membatasi kegiatan yang melibatkan banyak orang. Dan kondisi seperti ini tentu saja akan berdampak pada roda perekonomian. 

Berbagai lembaga internasional bahkan telah melakukan revisi terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini. Misalnya seperti International Monetery Fund (IMF) menyebutkan bahwa penyebaran virus coroa menyebabkan hilangnya harapan pertumbuhan ekonomi di tahun 2020. 

Direktur pelaksana IMF Kristlina Georgieva mengatkan bahwa pertumbuhan ekonomi global tahun 2020 diprediksi adalah negatif atau turun dibandingkan dengan tahun lalu. Kemudian negara dengan ekonomi yang lebih maju akan lebih baik dalam merespon krisis, dibandingkan dengan banyak pasar negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah akan menghadapi tantangan yang lebih sifnifikan. Mereka sangat terpengaruh oleh aliran modal keluar dan aktivitas domestik yang akan sangat terpengaruh ketika negara-negara menghadapi pandemi. Bahkan tercatat investor telah menarik dananya sebesar US $83 Miliar dari pasar negara berkembang sejak awal krisis dan ini merupakan aliran modal keluar terbesar yang pernah ada. Namun IMF mengharapkan bahwa aka nada pemulihan di tahun 2021, untuk itu sangat penting bagi negara-negara untuk memprioritaskan penanggulangan dan memperkuat sistem kesehatan. 

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Nilai tukar rupiah pun saat ini telah mencapai angka Rp 16.525. Pelemahan rupiah disebabkan masih meningkatnya penyebaran virus corona di berbagai belahan dunia. Akibatnya memberikan tekanan pada perekonomian dunia. Sehingga terjadi ketidakpastian yang sanggat tinggi dan menurunkan tingkat keuangan global, menekan banyak mata uang termasuk rupiah. Disamping diperparah dengan keadaan masyarakat yang mulai panic buying dengan membeli persedianan bahan pokok maupun alat kesehatan dengan jumlah banyak, hal ini menyebabkan kenaikan harga bekali kali lipat. 

Adanya larangan berpergian baik luar maupun dalam negeri sebagai upaya antisipasi penyebaran virus corona berpengaruh terhadap arus perokonomian. Larangan ini menyebabkan berbagai maskapai penerbangan menglami lesu penumpang akibat para konsumen banyak yang menunda pemesanan tiket karena semakin meluasnya virus corona. Sektor pariwisata pun ikut terdampak dengan berkurangnya wisatawan yang berkunjung. Sektor – sektor penunjang pariwisata seperti hotel, restoran maupun pengusaha retail pun juga akan terpengaruh dengan adanya virus ini. 

Pemerintah pusat telah menetapkan status kedaruratan akibat pandemi virus corona. Kemudian langkah selanjutnya yakni menerbitkan Peraturan Perintah No. 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB). Dan adanya himbauan untuk bekerja dari rumah merupakan ancama bagi ekonomi masyarakat yang bekerja pada sektor informal termasuk mengandalkan upah harian. Apabila penanganan virus ini berlangsung lama, pembatasan dan pergerakan mobilitas orang juga semakin panjang. Akibatnya masyarakat yang bekerja pasa sektor informal seperti, PKL, ojek dan lainnya pun akan kehilangan mata pencaharian dan dikhawatirkan akan jatuh pada garis kemiskinan.

Namun disisi lain, virus corona juga dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Salah satunya yaitu terbukanya peluang pasar ekspor baru dan juga peluang memperkuat ekonomi dalam negeri karena pemerintah akan memprioritaskan dan memperkuat daya beli dalam negeri. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai koreksi agar investasi dalam negeri lebih stabil meskipun perekonomian global tengah terguncang.

Komentar

Posting Komentar