Karya : Ajeng Dwi Utami
Juara 3 Cerpen WICOM 2021
Lila langsung terbangkit dari
tidurnya. Jantungnya berdegub kencang. Lila baru saja bermimpi buruk, sangat
buruk! Keringat dingin mengalir di tubuhnya. Ia berusaha untuk menenangkan
diri. Di aturnya nafasnya dan ia pun mulai membaca bacaan doa.
“Oh
Tuhan, kenapa aku tidak bisa tidur?” keluhnya.
Tiba-tiba
terdengar suara orang berlarian di depan kamarnya. Lila langsung menutup tubuh
dan wajahnya dengan selimut. Dan semakin bergetar tubuhnya saat mendengar suara
pintu kamarnya yang tiba-tiba terbuka…. krek…
krekk….
Lila
hanya bisa menutup matanya dan memeluk guling kesayangannya. Ia hanya bisa
terus membaca doa-doa yang ia bisa. Karena kelelahan Lila akhirnya tertidur
sendiri.
“Lila
bangun!!!...” teriak seorang gadis imut yang sekarang sudah naik di atas tempat
tidur Lila.
“Hah….
Kenapa?” jawab Lila yang kemudian mengucek kedua matanya lalu menutupnya
kembali sembari menggulingkan tubuhnya ke arah kiri.
“Lila
bangun dong, kalau gini mendingan aku pulang aja deh”
“Eh…eh…
jangan dong, yaudah kamu tunggu aku mau mandi dulu.” Lila kemudian mulai
bangkit dari tempat tidurnya dengan sempoyongan dan langsung menuju ke kamar
mandi. Sejenak lila lupa dengan kejadian yang dialaminya tadi malam.
“Iya
aku tunggu”, kata Nia teman Lila.
Setelah Lila selesai mandi dan
besiap-siap mereka kembali berbincang di kamar Lila.
“Lila
kok kamu tidurnya sampai siang gitu? nggak kaya biasanya deh.”
“Soalnya
aku tadi malam nggak bisa tidur, oh iya!” Lila langsung teringat akan kejadian
yang di alaminya tadi malam.
“Kenapa???”
Nia langsung menyambar kata-kata Lila dengan penuh tanya.
“Tadi
malam aku dengar suara orang lari-lari, habis itu ada yang buka pintu kamarku
dan sebelum itu aku mimpi buruk. Aku mimpi ada anak cewek yang basah kuyup
datangin aku , mukanya ketutupan rambutnya yang panjang di badannya banyak
luka, bajunya juga compang camping, kukunya panjang. Habis itu dia melirih
kesakitan, dia seperti ingin menyampaikan sesuatu tapi nggak bisa. Ihhh…..
pokoknya serem banget deh.”
“Ah
itukan cuman mimpi, mungkin kamu nggak berdoa sebelum tidur.”
“Aku
udah doa, habis mimpi itu aku langsung bangun, habis itu aku nggak bisa tidur,
lalu ada suara-suara aneh.”
“Palingan
kamu cuma kebawak sama mimpi kamu itu aja.”
“Beneran
deh, kok kamu nggak percaya?.”
“Bukannya
aku nggak percaya, tapi gimana mau percaya kalau itu benar-benar nggak ada.”
“Tuh
kan, kamu kira aku mengada-ada, kamu pikir aku seneng apa kayak gini!.”
“Ehhh…
enggak bukan begitu, maaf deh bukannya aku nggak percaya sama kamu, tapi aku
nggak percaya kalau hantu itu ada”
Lila
menghela nafas
“Gimana
kalau kamu nginap aja di rumahku?”
“Kan
besok sekolah.” Sambut Nia
“Enggak
papa, malam ini aja biar kamu percaya, oke?”
“Oke
deh, aku pulang dulu mau minta ijin sama mau ambil baju, tapi nanti kalau nanti
aku nggak di bolehin gimana?”
“Pasti
di bolehin kok, kamu pojokin aja.”
“Yaudah
aku pulang dulu”
Sehabis
Ashar Nia pun sampai di rumah Lila. Lila pun sangat bersemangat saat mendengar
bunyi bel dan melihat Nia sedang berdiri di depan pintu rumahnya. Lila berlari
turun ke lantai bawah rumahnya, namun Lila telah di dahului oleh ibunya yang
membukakan pintu terlebih dahulu. Setelah membuka pintu ibunya pun kaget dan
langsung bertanya “Lho besok kan sekolah, kok Nia malah nginap di sini?.” Nia
memang sering menginap di rumah Lila tapi hanya saat libur sekolah saja.
“Nggak
apa-apa kok Bu, aku kan pengen punya teman tidur aja hari ini.”
“Lho
bukannya kamu sudah punya teman tidur.” Sejenak Lila dan Nia menatap wajah Ibu
Lila dengan heran.
“Gulingmu
itu kan teman tidurmu, kok kalian malah bengong sih.” Kata-kata dari Ibunya
Lila pun memecah keheningan. Lila dan Nia pun saling bertatapan lalu tawa
mereka pecah.
“Ohhh…..
gitu to bu, di kirain kenapa,hahahaha…..”
“Kalian
ini kenapa sih,” Ibu pun menjadi bungung sendiri.
“Nggak
papa kok bu, kami ke kamar dulu ya.”
“Iya,
besok jangan sampai bangun telat ya, kalian jangan begadang.”
“Siap!!!”
jawab Lila dan Nia kompak.
Lila
dan Nia pun naik ke lantai dua menuju kamar Lila. Lila adalah bungsu dari empat
bersaudara, kakak nya yang pertama berbeda Ibu tetapi satu Ayah. Ayahnya
menikah dua kali, istrinya yang pertama sudah meninggal dunia dalam kecelakaan
mobil. Lalu Ayahnya menikah dengan Ibunya Lila dan di karuniai tiga orang anak.
Kakaknya
yang pertama itu seorang laki-laki dan sudah menikah. Ia pun sudah tinggal
terpisah dengan Lila dan Orang tua nya. Kakak Lila yang kedua yaitu seorang perempuan tetapi sudah
meninggal dunia ketika usianya masih 10 tahun. Akan tetapi orang tua Lila tidak
pernah menjelaskan atau pun mengungkit-ngungkit kejadian itu. Dan kakak Lila
yang ketiga yaitu laki-laki tetapi ia sedikit mengalami masalah kepribadian,
dimana dia selalu mengurung diri dikamar dan menjauhkan diri dari orang lain.
Kamar
Lila berada di lantai atas, di sana terdapat tiga kamar, yaitu kamar Lila,
kamar kakak nya yang pertama dan bekas kamar kakak keduanya. Sedangkan kakaknya
yang ketiga tidur di kamar bawah yang lebih dekat dengan kamar orang tuanya.
Kakak
ketiganya ini bernama Ali, dulu pernah
tidur di kamar Almarhum kak Nita. Saat ia di situ, dia sering melakukan banyak
hal-hal aneh, dia juga pernah mencoba untuk loncat dari balkon. Hingga pada
akhirnya orang tua nya memutuskan untuk memindahkan kak Ali di dekat dengan
kamar orang tuanya.
Sekarang
lantai atas menjadi sangat sepi dan menyeramkan. Keadaan tersebut sebenarnya
membuat Lila tidak nyaman sejak dulu. Lila bahkan sudah sering membicarakan
masalah itu dengan orangn tuanya, ia ingin pidah ke kamar lain. Namun semua
usahanya itu sia-sia, Lila malahan di suruh tidur di ruang tamu. Oleh karena
itu Lila sering mengurung diri di kamar dan tidak berani keluar apalagi bila
malam hari.
Lila
dan Nia pun sampai di kamar Lila. Mereka bercerita panjang lebar. Saking
asiknya mereka sampai lupa waktu. Hingga ternyata jam sudah menunjukkan pukul
10.00 malam. Mereka pun beranjak tidur. Saat naik ke atas ranjang, Lila merasa
seperti ada yang memegangi kakinya. Lila pun langsung melotot ke arah Nia yang
sudah berbaring di atas ranjang.
Nia pun heran dan bertanya “Ayo,
kamu nggak mau tidur?.” Tetapi Lila tetap tidak bergerak.
Ia
ingin mengangkat kakinya tapi tidak bisa, ingin berteriak tapi suaranya seakan
tertahan di tenggorokannya. Nia pun menjadi kebingungan dan menjenguk ke arah
bawah ranjang.
“Kamu
kenapa?.” Tanya Nia
“Hah!”
Lila mendengus dan ngos-ngos an, Lila langsung menengok ke arah bawah ranjang.
“Hah!
Tidak ada apa-apa?, bagaimana bisa?” Lila sangat heran, kepalanya di penuhi
dengan banyak pertanyaan.
“Emang
nggak ada apa-apa, kamu ini kenapa sih ?” Nia masih sangat bingung dengan
kelakuan Lila.
Jantung
Lila berdegub kencang, Ia sangat yakin kalau tadi ada yang memegangi kedua
kakinya. Lila pun baring di samping Nia. Nia pun kembali menanyakan
pertanyaan-pertanyaannya.
“Kamu
tadi kenapa? Kok sampai melotot begitu?.”
“Eee..
enggak papa kok.”
“Kok kamu gini sih, cerita
dong.” Keringat dingin pun mengalir di tubuh Lila
“Nggak
papa, kamu tidur aja.” Nia yang sudah sangat bingung dan ia pun memutuskan
untuk tidur.
“Yaudah
kalo gitu!,” Nia menjadi sangat kesal pada Lila.
Lila
yang masih terbaring, menatap langit-langit kamarnya yang sekarang berwarna
abu-abu gelap karena kampu kamarnya sudah di matikan dan hanya lampu tidur
berbentuk bola yang masih menyala. Lila masih mencoba menenangkan diri dan
mengatur nafasnya. Ia masih heran dan bingung sekaligus takut. Untuk mengobati
rasa penasarannya ia memberanikan diri untuk menjenguk ke bawah kolong
ranjangnya. Sebelum itu ia berdoa
sekedar untuk menguatkan diri. Tanpa di sadarinya, Nia sedari tadi sudah
memperhatikan gerak-geriknya.
Lila
langsung menundukkan kepalanya rambut panjangnya pun tergerai, di jenguknya ke
arah kanan dan kiri, dan ternyata memang tidak ada apa-apa. Saat Lila menaikkan
kembali kepalanya dan tiba-tiba ada yang memegang pundaknya, Lila kaget dan
langsung merinding. Lalu di tengoknya ke belakang.
“Aaaa….!!!”
Lila langsung berteriak saat melihat wajah Nia yang menyeramkan di tambah
rambutnya yang berantakan. Lila sudah hampir pingsan, ia mengomeli Nia tanpa
ada titik dan koma. Sedangkan Nia hanya cengengesan dan meminta maaf. Nia terus
meminta maaf, dan Lila terus mengabaikannya. Lila lalu merebahkan tubuhnya ke
Kasur. Lila menutup matanya, berusaha keras untuk bisa tertidur. Karena tak
kunjung terlelap Lila membuka matanya yang dengan otomatis langsung menatat
langit-langit kamarnya. Lila terbelalak dan hanya terdiam. Ia tidak bisa
berbuat apa-apa. Di lihatnya seorang wanita menyeramkan berambut panjang dan
basah berada tepat di atasnya. Air nya sampai jatuh mengenai Lila, wanita itu
terus mendekat, Lila mencoba mengalihkan pandangannya ke arah kiri tetapi air
itu terus menetes ke tubuh Lila, tapi tanpa mengenai kasur sama sekali. Lila
terus memejamkan matanya dan hingga
akhirnya teriakan yang tertahan sejak tadi pun bisa keluar.
“Aaaaa….!!!”
Nia
langsung terbangun, “kenapa, kenapa?”
Saat
Lila menatap kearah dimana sosok itu berada sebelumnya, ternyata yang ada
hanyalah langit kamar Lila. Hilang, sosok itu sudah menghilang.
Pintu
kamarnya terbuka dan munculah Ibu Lila.
“Ada
apa ini? Rumah serasa bergoyang!”
“Lila,
kamu kenapa jadi basah kuyub begini?” Tanya Nia
Lila
sangat bergetar dan tubuhnya basah. Setelah di tenangkan oleh ibunya Lila pun
berganti pakaian dan kembali tidur.
Ibunya
sudah kembali turun ke lantai bawah. Lila berbaring di samping Nia. Mereka
memakai selimut dan bersiap untuk tidur.
“Nia,
aku kedinginan. Jangan kamu tarik dong selimutnya.” Namun tidak ada jawaban.
“Nia!!!”
masih tidak ada jawaban.
Lila
menengok ke arah kiri dan di lihatnya Nia yang sedang tertidur pulas tanpa
mengenakan selimut.
“Lho,
selimutnya mana?”
Sambil
mengusap mata dan berusaha untuk membuka matanya Lila mencari selimutnya. Lila
melihat selimutnya ada di bawah ranjang, di ambilnya selimut itu dan…
Tiba-tiba
ada yang memegang tangannya. Lila kaget namun ia berusaha meyakinkan diri bahwa
itu hanyalah khayalannya dan Lila pun menjenguk ke arah bawah ranjangnya. Saat
itu wajah Lila langsung menghadap ke kolong ranjang dan Ia melihat sosok wanita
cantik yang tersenyum ke arahnya. Lila tidak percaya dengan yang baru saja di
lihatnya. Di pejamkannya matanya dan saat Lila membuka matanya, Ia melihat
sosok wanita dangan wajah yang hancur dan mengerikan. Wanita itu meringis,
terlihat giginya yang tajam dengan noda darah kental menetes dari setiap
giginya. Sosok mencekik Lila. Lila tidak bisa bernafas, hanya terdengar
suaranya yang berusaha untuk bernafas, dengan tubuhnya yang bergerak ke sana
kemari mencoba melepaskan diri dari sosok itu. Lila menendang-nendang kasur dan
sampai akhirnya Ia menendang Nia. Nia pun kaget dan langsung terduduk diam.
Saat Nia ingin bertanya matanya langsung terbelalak melihat keadaan Lila. Nia
pun langsung loncat ke bawah ranjang. Tiba-tiba ada yang memegangi kaki
kirinya. Saat di lihatnya ada tangan yang separuhnya sudah tidak berdaging dan
berwarna kehitaman sedang memegangi kakinya.
Saat
Nia mencoba melepaskan kakinya, Ia malah di tarik semakin dalam ke kolong
ranjang. Nia memegangi karpet bulu-bulu yang ada di sekeliling ranjang Lila
sampai robek dan Ia pun hanya mencoba menendang-nendang sebisanya. Saat kaki
kirinya menendang lagi, Nia merasa kalau kakinya baru saja masuk ke dalam
sesuatu yang basah saat Nia melihat ke arah kakinya, ternyata kakinya sudah
berada di dalam mulut wanita tersebut yang robek sampai ke tulang rahang.
Nia
berteriak sekuat-kuatnya, sosok itu pun melepaskan Lila yang sudah lemas.
Hampir saja kaki Nia putus saat sosok itu mencoba untuk menutup mulitnya,
untungnya kak Ali dengan cepat langsung menarik Nia leps dari makhluk itu. Kak
Ali menggendong Lila yang sudah pingsan dan menggandeng Nia yang sudah agak
pincang. Kaki kiri Nia mengeluarkan banyak dara, Nia pun kesulitan berjalan.
“Tolong,
aku sudah tidak sanggup berjalan lagi.”
“Kamu
pasti bisa.” Kata kak Ali
“Pergilah
kau, PERGI!!!.” Teriak kak Ali
Sosok
wanita itu masih tidak mau mengalah. Kali ini dia menggigit kaki kak Ali. Nia
hanya bisa menatap wajah kak Ali yang meringis kesakitan.
“Kumohon
padamu jangan ganggu kami lagi, sudah cukup kau bunuh kak Nita, aku tak ingin
kau membunuh anggota keluarga ku lagi.” Nia keheranan mendangar kata-kata kak
Ali, Nia pun hanya melongo.
Mereka
berdua pun lupa dengan keadaan Lila yang sekarat di gendongan kak Ali. Sosok
itu tetap tidak mau melepaskan gigitannya. Kak Ali menendang kepala wanita itu.
Belum sempat kak Ali lari, wanita itu menancapkan kuku-kukunya yang tajam ke
kaki kak Ali yang darahnya masih mengalir.
Kak Ali terus melangkah sebisanya, kakinya robek sampai dagingnya jelas
terlihat, tak bisa dibayangkan betapa pedihnya itu.
Kak
Ali lalu membuka lemari dan di ambilnya sebotol air putih yang di bungkus oleh
kain hitam. Di bukanya botol itu lalu di siramkannya ke sosok wanita tadi.
Sosok itu berteriak dengan sangat kencang, lalu perlahan-lahan bagian tubuhnya
yang terkena air itu meleleh dan semakin hancur. Sosok itu berteriak
sejadi-jadinya. Sampai tubuhnya hampir menghilang, sosok itu berkata dengan
suara parau “Aku pasti akan kembali lagi!” lalu menghilang. Hanya bercak darah
dan memori di antara mereka bertiga yang tersisa.
Kak
Ali pun membawa Lila dan Nia ke rumah sakit di ikuti oleh Ayah dan Ibunya. Lila
pun di masukkan ke dalam ruang ICU sedangkan Kak Ali dan Nia hanya di masukkan
ke UGD.
Syukurlah
Lila masih bisa di selamatkan, Lila pingsan akibat kesulitan bernafas. Tapi
untungnya dia tidak di cekik lebih lama,
karena kalau lebih lama dari pada itu Lila mungkin tidak akan bisa di
selamatkan. Dokter yang menanganinya pun sangat telaten dan berpengalaman.
Setelah satu minggu di rawat di rumah sakit, Lila pun akhirnya di perbolehkan
untuk pulang.
Sampai
di rumah mereka bekumpul di ruang keluarga. Walaupun bukan keluarga, tapi Nia
tahu kejadian itu, jadi Nia juga ikut berkumpul di situ. Ibunya Lila pun
menjelaskan kalau kak Nita dulu meninggal karena di tarik oleh sosok wanita
itu. Kak Nita di tarik dan jatuh di balkon kamarnya. Sedangkan kak Ali menjadi
depresi setelah melihat kejadian itu saat usianya masih 7 tahun. Kak Ali adalah
satu-satunya saksi mata saat kejadian itu.
Dulu, sosok wanita itu muncul dan
bilang akan kembali lagi, dan itu sudah 15 tahun yang lalu, dan Ia meminta
nyawa anak perempuan. Ada kemungkinan Dia akan kembali lagi di 15 tahun ke
depan. Dulu wanita itu langsung menghilang setelah kak Nita meninggal. Namun
yang terjadi pada malam itu Lila dan Nia masih hidup jadi sosok wanita itu
tidak mau pergi. Jadi kak Ali menyiramkan air mantra yang sudah didapatnya dari
orang pintar. Kak Ali sudah menyiapkan air itu selama 5 tahun. Kak Ali sudah
lama menunggu kemunculan sosok tersebut.
Orangtua
Lila memutuskan untuk menjual rumah tersebut, lalu mereka kembali ke desa
kampung halamannya. Lila dan Nia pun berpisah, persahabatan yang sudah terjalin
selama empat tahun pun berakhir. Berbagai keperluan pindahan sudah di urus
termasuk keperluan pindah sekolah untuk Lila. Lila dan Nia menangis, mereka
berjanji untuk tidak akan melupakan persahabatan mereka. Mereka yakin suatu
saat nanti mereka akan bertemu lagi.
Rumah
itu pun terjual kepada seorang pengusaha muda. Ia sudah menikah dan mempunyai
satu orang putra dan tiga orang putri.
*****
Komentar
Posting Komentar