Karya : Adinda Kusuma
Januari, 2020
Yang tersisa hanyalah bunyi detik jam yang memenuhi ruangan. Tinggal lah aku terbaring di lantai dapur dengan darah yang terus meluap, yang bersumber dari tertancapnya benda tajam itu di perut kiriku. Ingin rasa bibir ini berteriak, alih-alih memohon belas kasih, aku sangat ingin menumpat kepada yang bertanggung jawab atas keadaan ku saat ini. Dengan rasa tak bersalah ia terus saja tersenyum mengisyaratkan kebahagiaan yang mendalam atas apa yang baru saja ia lakukan. Sadar jika polisi akan segera datang ia melangkah pergi meninggalkan aku sendiri dengan keadan bersimbah darah.
Pedih?? itulah yang kurasakan saat ini, wanita yang selalu ku hormati, ku sayangi dan ku puja bak malaikat, kini tega menghabisi nyawa putrinya sendiri dengan begitu kejam. Untuk apa ia membiarkan ku hidup selama ini, jika akan ditutp dengn kisah tragis. Yang kini terngiang di kepala ku hanyalah kalimat terakhir yang ia bisikan begitu panas dan membara di telinga ku ia berkata “hidupmu milikmu, nyawamu milikku” hingga semuanya menjadi gelap dan hilang.
1 tahun sebelumnya…
Januari, 2019
Aku Rima Aprilia, lebih akrab dengan panggilan Rima, kini aku hampir menyelesaikan studi S2 ku, dan sedang fokus untuk menyelesaikan tugas akhir Tesis. Aku dibesarkan mama ku, semenjak aku masih SMP, yap papa ku berselingkuh dan lebih memilih untuk menikahi wanita lain dan meninggalkan mama, aku sedih namun jua senang karna mama tidak perlu lagi menerima kekerasan fisik yang di lakukan papa setiap mereka bertengkar, namun sejak itu mama terkadang bersikap dingin pada ku. Kini aku telah tumbuh dewasa, sudah 3 bulan lamanya aku bertunangan dengan lelaki pilihanku, dan aku akan segera menikah, inilah kisahku..
Di perjalanan pulang dari kantor aku teringat sesuatu, aku mengambil ponsel dan hendak menghubungi Rio
“Hallo Rio”
“Iya kenapa Rim?” sahut Rio
“ Ini aku mau bicarakan soal penikahan kita, kamu ada waktu?” Tanya ku
“ Bagaimana awal bulan depan, aku akan datang bersama orang tua ku, kamu bisa?”
“ Oh bisa bisa! aku tunggu di rumah bulan depan!” ku sahut dengan semangat
Februari 2019
Hari yang kutunggu pun tiba aku mengenakan pakaian rapi dan berdandan cantik hari ini, tak lupa ia dan ibu memasak hidangan yang banyak, karna hari ini Rio akan datang untuk membicarakan pernikahan, senyuman begitu menghiasi wajah ku seakan takkan pernah luntur.
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsallam, eh sudah datang ayo mari masuk pak bu, sebentar ya nak Rio mama mau panggil Rima” sahut mama Rima
Aku mendengar mama berbicara di depan, sepertinya mereka sudah datang, mama menghampiriku di kamar dan meminta ku untuk kedepan karna Rio dan keluarga sudah datang. Aku pun duduk berhadapan dengan Rio di temani mama di sampingku.
“Jadi bagaimana rencana pernikahan anak kita bu, pak?” mama memulai pembicaraan
“Bagaimana kalau tanya anaknya langsung saja, bagaimana Rio? Nak Rima?” sahut ibunda Rio
“Kalau soal tanggal kemarin saya dan Rima sudah sempat berbicara dan kami sepakat, pernikahan kami di adakan pada 19 Mei nanti” jawab Rio dengan mantap
“Baguslah kalau gitu nak, mama cocok sama tanggalnya” ucap mama Rima dengan ramah,
Keluarga Rio, mama dan aku banyak membicarakan persiapan pernikahan kami mulai dari kartu undangan, catering, gedung, busana, dan masih banyak lagi. Tak terasa hari sudah sore keluarga Rio pun berpamitan untuk pulang, mama terlihat senang hingga keluarga Rio pergi seketika senyum di wajahnya pudar, ada apa dengan mama?
Tiga minggu setelah kedatangan keluarga Rio ke rumah, setelah selesai mengurus surat untuk pernikahan, kini saatnya aku dan Rio mulai mempersiapkan berbagai kebutuhan. Hari ini kami meluangkan waktu untuk mengurus beberapa. Tak lama sampailah di toko souvenir, Rio Tak begitu turun tangan dengan ini jadi aku memilih beberapa souvenir cantik dan menanyakaan pendapat Rio.
“ Yang ini bagaimana menurutmu?” ucapku
“ Yaa bagus” jawab Rio
“ Kalau yang ini bagaimana, kayak ada mutiara nya gitu cantik gak?”
“ Ya bagus” jawabnya singkat
“Trus pesan yang mana dong kamu bilang bagus semua, yang signifikan dikit lah” ucapku kesal
“ Ha? Itu itu yang ada mutiaranya aja” jawab Rio asal
“Oke mbak saya pesan yang ini 1000 pcs ya, bulan April saya ambil. Oh iya gimana kalau sehabis ini kita cari catering” kata ku
“Oke oke” jawab Rio setuju
Langit mulai gelap, manandakan malam mulai tiba, puas seharian aku dan Rio keliling untuk mempersiapkan berbagai macam hal, demi lancarnya pernikahan kami nanti. Setelah Rio mengantarku pulang, ia langsung pamit, aku langsung menuju kamar menghempaskan tubuh di ranjang.
“Bagaimana sayang sudah beres?” Tanya mama yang sedari tadi pengamati ku di depan pintu
“Sudah beberapa ma”
“Ooh baguslah, ingat Rima jangan terlalu bahagia, mama gak suka itu” jawab mama sembari meninggalkan kamar ku
“Maksud mama apa? Ahh sudahlah aku lelah” aku bergumam dan tak lama setelahnya aku langsung terlelap.
April 2019
Bulan demi bulan telah berlalu dan tak terasa hari H akan segera tiba, walau ini baru April tapi jujur aku sangat berdebar menantikan hari itu tiba. Hari ini aku berencana untuk fitting gaun pengantin. Dag dig dug ku kenakan gaun ku, ku tutup mataku aku tak berani menatap diri di cermin, khawatir wajahku merusak gaun cantik ini.
“Mbak, mbak buka mata mbaknya dan liat di cermin” ucap pelayan butik itu dengan ramah
Perlahan ku buka mataku, kulihat seseorang di hadapan ku, ia tampak anggun dengan gaun mengembang berwarna cream dan bertabur manik mengkilap, sungguh aku tak percaya apa ini benar aku, tak kusadari diriku mulai menangis mengagumi sosok cantik di cermin, iya benar itu aku.
19 Mei 2019
Yaa ini hari yang ditunggu-tunggu, hari bersejarah yang ku harap terjadi sekali seumur hidup, aku telah siap dengan dandanan yang sempurna, tak lama aku naik ke pelaminan dan tak hentinya bersalaman dengan ratusan tamu, sungguh hari yang sangat melelahkan, namun sangat membahagiakan, ku tatap lelaki di samping ku aku tak percaya kini aku menjadi pendamping hidupnya, senyum kebahagiaan tak hentinya terhias di bibir kami seakan takkan pernah sirna.
September 2019
Setelah menikah kami tinggal di rumah mama ku, hingga September kami pindah, menempati rumah sewaan, tak begitu luas namun jua tak terlalu sempit, sangat pas untuk keluarga kecil kami nantinya, beberapa bulan setelah menikah kami belum di beri tanda-tanda memiliki momongan, mungkin memang belum saatnya, kami harus lebih sabar. Rio memperlakukanku dengan sangat baik, jujur aku trauma karna sering melihat papa memukuli mama. Tapi ku tepis pemikiran itu, karna Rio sangat baik pada ku dan tak pernah kasar
Januari 2020
Hingga Januari aku merasakan mual yang cukup hebat bagi ku, dan aku berfikir mungkinkah aku hamil?. Tak ingin terus bertanya-tanya aku langsung pergi ke dokter kandungan dan ya dokter menyatakan aku sedang mengandung dan sudah berumur sekitar tiga minggu.
Aku sangat bahagia tak sabar aku akan memberitau Rio saat pulang dari kantor, ia pasti sangat terkejut, batin ku dengan penuh semangat. Sesampainya di rumah ternyata mama datang berkunjung dan sepertinya sudah cukup lama menunggu. Mama bertanya bagaimana Rio memperlakukanku, tentu aku jawab dia sangat baik dan selalu mengkhawatirkanku, aku bercerita banyak sampai sekarang kami masak bersama di dapur, namun aku belum memberitahu mama soal kehamilanku, karna aku ingin Rio yang pertama kali mendengarnya.
Tapi ada yang aneh sejak kami memasak mama terlihat diam dan dingin, aku tak berani untuk bertanya, hingga… mama menghentikan kegiatannya dan tiba-tiba mengarahkan pisau yang digenggamnya kepada ku, tak berlangsung lama benda tajam itu telah tertancap di perutku. Aku terkejut syok atas apa yang telah mama lakukan, aku hanya menatap tak percaya.
“Mama sangat benci saat tau kamu menjalani kehidupan yang sangat baik, dan di kelilingi dengan orang yang selalu membuatmu bahagia, mama benci itu, karna mama menjalani kehidupan dengan tidak adil, menjadi korban KDRT, karna mama yang sudah mengandung, melahirkan hingga merawatmu hingga dewasa seorang diri dan memberikanmu kehidupan yang layak maka mama berhak untuk mengambilnya dengan paksa, karna hidupmu milikmu tapi nyawamu milikku, mama benci melihat kamu bahagia sayang, maafkan mama, mama sudah tak tahan dengan semua itu…”
Aku tak bisa berkata-kata, hati ini sangat sakkit mendengar semua perkataan mama, bahkan lebih sakit dari tusukan pisau yang baru saja ia lakukan. Kini aku hanya terbaring dan darah ku terus mengotori lantai dapur, seketika aku teringat jika aku saat ini sedang mengandung
“Anakku, anakku!” mama yang saat ini melangkah pergi kini terlihat membalikkan badan, sampai akhirnya semua menjadi gelap.
-Tamat-
Komentar
Posting Komentar