Karya : Annisha F Pujayanti
Namanya Ayr dia lahir dari keluarga yang sederhana, bahkan seringkali sarapan, makan siang, dan makan malam hanya dengan nasi dan ikan asin saja. Tak ingin terus begitu ayah Ayr memutuskan untuk merantau kepulau seberang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membiayai sekolah Ayr, atas keuletan dan disiplinnya ayah Ayr dipercayai menjadi mandor dan membangun mall di kota oleh bosnya. Kesuksesan ayahnya membuat Ayr hidup lebih baik, akhirnya ayahnya mengajak Ayr dan ibunya untuk tinggal dipulau seberang. Tetapi, ibu dan Ayr tak betah dan memilih tinggal di desa dan ayahnya tetap disana. Semakin sukses dan memiliki uang yang banyak akhirnya ayah memutuskan untuk membeli mobil dan membuat rumah di desa. Alhasil yang dulunya hanya makan dengan nasi dan ikan asin, kini keluarga Ayr bisa menikmati semua makanan, memiliki kendaraan pribadi dan semua kebutuhannya tercukupi. Akan tetapi, mendadak kebahagiaan itu sirna ketika Ibunya mengidap penyakit gagal ginjal dan harus dirawat intensif di UGD dan harus rutin cuci darah. Setelah mendengar Ibu mengidap gagal ginjal Ayah langsung memutuskan untuk pulang ke desa untuk merawat Ibu. Tiga bulan berlalu, akhirnya ibu bisa kembali kerumah akan tetapi harus tetap kerumah sakit untuk cuci darah satu minggu sekali. Setelah tau ibunya sakit dan kini kondisinya selalu naik turun Ayr pun selalu sigap apabila terjadi sesuatu pada Ibunya. Setelah beberapa bulan keluar dari rumah sakit ibunya tak nafsu makan sampai berhari-hari, setelah itu kulit ibunya pun gatal,kering dan seperti bersisik. Akhirnya ayah membawa ibu kerumah sakit untuk dirawat oleh dokter, setelah melewati perawatan di rumah sakit selama satu bulan ibu pun kembali ke rumah. Akan tetapi, kini ibu harus cuci darah dua hari sekali, selama satu tahun harus bolak-balik rumah sakit untuk cuci darah dan berbagai terapi lainnya akhirnya ibu dinyatakan sehat dan sembuh dari gagal ginjal itu dan bisa menikmati hidup dengan nyaman tanpa harus cuci darah. Tepat 10 bulan setelah dinyatakan sembuh dari gagal ginjal itu ibu kembali berbaring di kasur rumah sakit dengan penyakit yang masih sama juga dengan kondisi yang lebih memprihatinkan lagi, badan kurus dan kulit kering bersisik, tiga minggu berlalu kondisinya masih sama belum juga membaik. Seminggu kemudian ibu kondisi ibu meningkat, sudah bisa tertawa dan berbicara, tepat pada hari sabtu Ayr datang menemui ibu untuk meminta doa karena dia akan melaksanakan ujian nasional SD di hari senin esok dan ibu mencoba menjawab dengan berbisik “Anakku Ayr belajarlah yang rajin ya nak,,ibu sayang sekali sama Ayr, ibu juga bangga sama Ayr, jangan lupa ibadah yaa nak, jangan males-males kah Ayr sehat ga susah buat ibadah,nurut sama ayah juga yaa”. Ibu berbisik lirih dan samar-samar karena ibu dibantu ventilator, Ayr pun mengangguk untuk menandakan iya meng “iya” kan dan ibu membalasnya dengan senyuman manis, dua jam berlalu ayah mengantarku untuk pulang. Dua hari kemudian, tepat pada hari senin ujian nasional pun dimulai. Saat sedang fokus mengerjakan soal ujian tiba-tiba guruku datang menghampiriku dengan raut muka berbeda dan membawaku keluar dari ruangan, tanpa ada satu katapun yang terucap, Ayr dibawa oleh gurunya dan ternyata tujuannya ke rumah Ayr, Ayr nampak kaget karena ada begitu banyak orang dipelataran rumahnya. Gurunya menuntun Ayr sampai kedalam rumah dan Ayr melihat ayahnya tengah mengangis dan memeluk ibunya yang sudah dibalut dengan kain kafan. Ayr langsung berlari dengan cucuran air mata yang membasari pipi menuju ke ayahnya. Isak tangis Ayr dan para kerabat serta bacaan surat yasin bergemuruh kencang mengiringi kepergian ibu Ayr. Satu minggu setelah kepergian ibunya Ayr dan ayah berziarah ke makam ibu, sesampainya di makam Ayr tersenyum manis, karena merasa kini ibunya telah bahagia disisi tuhan dan tak lagi merasakan sakit. Hari- hari ia jalani hanya dengan ayahnya, lalu dua tahun setalah kepergian ibunya ayah memutuskan untuk menikah lagi. Setelah sekian lama hanya hidup dengan ayahnya kini Ayr bisa merasakan lagi memiliki ibu. Sebelah bulan berlalu setelah ayahnya menikah kembali, ibunya melahirkan anak laki-laki, anak yang ditunggu-tunggu akhirnya lahir kedunia. Hari-hari berjalan begitu indah dengan adanya adik dan hadirnya ibu pengganti. Sebulan kemudian ayah Ayr mendapat berita duka, bos besarnya meninggal dan entah ada apa satu minggu setelah bosnya meninggal ayah sakit, suhu badan dan tekanan darahnya begitu tinggi akhirnya keesokan harinya, hari senin ayah dibawa kerumah sakit dan setelah lima hari di rawat akhirnya akhirnya dokter mengizinkan ayah rawat jalan daan istirahat yang cukup dirumah. Dua hari setelah istirahat total dirumah ayah, ibu, aku, serta adikku pergi ke kota untuk refreshing sebelum aku akan menghadapi ujian nasional dihari senin. Begitu banyak makanan dan pakaian yang dibeli dari kota, sesampainya dirumah ayah, ibu, aku, dan adikku langsung beristirahat dan aku juga harus kembali
mereview latihan soal ujian. Hari senin pun tiba, yang berarti waktunya aku melaksanakan ujian untuk melangkahkan kaki ditingkat pendidikan SMA. Aku diantar oleh ayahku ke sekolah di hari pertama ujian, di hari itu hanya ada satu mata pelajaran jadi pulang lebih awal. Ayr bergegas pulang untuk kembali bertemu dengan ayah, ibu, dan adiknya yang tampan dan lucu. Sesampainya didepan rumah Ayr merasa ada yang aneh karena merasa kejadian ini sepertinya pernah dirasakannya tiga tahun yang lalu ketika Ayr kehilangan ibunya, saat disepan pintu salah satu orang menghampiriku dan berbisik “Ayr sabar yaa,,sekarang ayah udah tenang disisi tuhan” Ayr langsung teriak melemparkan tasnya dan berlari ke ayahnya, memeluk ayahnya dengan air mata yang benar-benar tak dapat terbendung sembari berbisik “ Ayah,, kenapa ayah ninggalin Ayr secepat ini yah,,Tiga tahun yang lalu ibu ninggalin kita dan sekarang ayah ninggalin Ayr,,Ayr nanti tinggal sama siapa klo ayah udah gaada,,Ayr takut yah,Ayr takut yahh,,ayahhhh,,”
Komentar
Posting Komentar