TEMAN

 

TEMAN

KARYA : RISMA NINGRUM

Bel istirahat SMA Kencana baru saja menggema di seluruh sudut sekolahan itu. Murid-murid yang sudah bosan dan lelah dengan pelajaran berhambur keluar mencari makan atau hanya untuk duduk bercengkrama dengan teman di bawah pohon rindang dekat lapangan.

Keadaan 12 IPS4 sudah mulai sepi karena yang lain sudah keluar dari kelas bahkan sebelum guru yang mengajar keluar dari kelas itu.

“astagaa gue lupa buat pr MTK!” ucap Aliya panik

“LUPA!? Keknya lo emang ga bikin deh” sanggah Eva

“bilang aja lo mau nyontek punya gue kan?” ucap Rita

Yang di tuju hanya menampilkan senyumannya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal

“kebaca banget deh lo!”

“karena gue selalu baik dan tidak sombong, nihh silakan mencontek Aliyaaaa” kata Rita memberikan bukunya

“makasihhh” jawab Aliya sambil menerima buku dan bersiap menyalinnya

“ga mau makan?” tawar Eva

“kalian aja gue ga laper”

Setelah mendapat jawaban itu Eva dan Rita pergi meninggalkan Aliya yang sedang menyalin PR nya.

“woy Al, gak ke kantin?” tanya Vano yang baru saja memasuki kelas

“gakk, gue lagi kerjain PR”

“lah emang ada PR?”

“ada lah dodol kalo ga ada, ga mungkin gue ngerjain sekarang”

“iya yaa, PR apaan sih?”

“MTK” jawab Aliya ketus

“ohh pantes lu kerjain di sekolah, lo kan cupu kalo MTK” Vano mengucapkan itu dengan nada mengejek.

Aliya yang mendapat perkataan seperti itu memalingkan wajahnya dari buku dan kemudian menatap tajam Vano

“dih kek lo enggak aja, sekarang gue tanya emang lo udh ngerjain?”

“aelah 3 tahun kita temenan masa lo belum hapal sifat gue sih?”

“pasti lo mau bolos kelas ya!?”

“eits bukan bolos, cuman mengerjakan sesuatu yang menghasilkan cuan

“hedeh iya dehh, perpus rasa punya sendiri ya? Enak banget bolak balik”

“eh kalo bukan gue yang ngunjungin tu perpus siapa lagi coba? Modelan anak jaman sekarang mana suka perpus sih”

“dih gaya paling lo betah disana karena tu perpus full AC aja”

“nahh itu bonus”

“sumpah lo berisik banget sih gue mau ngerjain MTK, ganggu lo ah”

“dih dia yang nanggepin dia yang marah, gajelas lu neng” vVno berkata sambil mengacak rambut Aliya

“ahh Vanooo, jangan di berantakin rambutnya”

“dah ah gue mau kantin, nitip gak?”

“air mineral ya? Tapi pake duit lo?”

“siap tuan putri, di tunggu pesanannya”

Vano berlari kecil keluar kelas meninggalkan Aliya yang sibuk menyalin tugasnya.

Weekend kali ini Eva dan Rita memutuskan untuk menginap di rumah Aliya. Karena sudah kelas 12 tugas yang mereka miliki tidak terlalu banyak,. Jadi mereka memiliki banyak waktu untuk bersenang-senang.

“ihhh gue bingung deh mau masuk mana” ucap Eva mengeluh

“yaa lo harus masuk sesuai passion lo lah Vaa, lo mau nya dimana?” Tanya Aliya ke Rita

“gatauuu, bingung tau mau pilih jurusan apa ntr kalo kuliah

“kalo lo Al lo mau apa?” sambung Rita

“mauu ayam geprek enak nih?” jawab Aliya enteng

“bukan itu Aliya” Eva gemas dengan tingkah temannya ini

“canda aelah, gue keknya mau masuk HI, di UI tapi” kata Aliya

“lah? Keluar kota dong?” Tanya Rita kaget

“iyalahhh”

“ishh kenapa ga disini aja sih?” kata rita manja

“suka suka gue, lu pasti gatau mau kemana kan!?”

“dih kata siapa? Gue mah udah tau mau kemana” jawab Rita

“kemana?” tanya Eva

“kamar mandiiii” ucap Rita sambil berlari keluar kamar

“dih bocah ga jelas, jadi lo gimana Va? Lanjut kuliah kan?”

“ya pasti lahh, cuman gue masih bingung mau masuk apa”

“hmm susah sih kalo lo gatau gituu, eh ikut SNM yuk?”

“SNM itu gimana”

“yang jalur rapot gitu”

“ohh, ish tapi gue ga yakin deh, nilai rapot gue aja gitu”

“yailah gitu untung untungan aja sebenarnya” kata Rita yang sudah kembali dari kamar mandi.

“bener sihh” Eva menyahut dengan pandangan yang terlihat berpikir.

“gimana mau gak? Lo mau gak Ta?” tawar Aliya sekali lagi

“kalo kalian iya gue gas lah” jawab Rita

“yaudah gue ngikut jugaa” Eva akhirnya memutuskan untuk berjuang bersama.

Perjuangan mereka untuk mendapatkan SNM membuahkan hasil, Rita, Aliya, dan Eva berhasil di terima di kampus impian mereka masing masing.

Hari ini Rita berkunjung ke rumah Eva sendirian. Ia sedang di landa gelisah karena Aliya yang sedang marah dengannya.

“Vaaa, sumpahh gue gak gituu”

“tenang deh Ritaa, ceritain dari awal”

“gue cuman nemuin Vano, dia itu pegen nembak Aliya, gue cuman mau bantuin diaa Vaaa” Rita berucap dengan frustasi.

“hahh serius lo? Vano mau nembak Aliya?”

“iyaaa tapi Aliya nya salah paham sama gue, gimana dong Va?”

“gimana yaaa gue juga bingung, lo tau sendiri Aliya orangnya gimana”

“iiii gue nangis nihhh, yakali berantem gara-gara cowok!”

“bukan sahabat namanya kalo belum berantem karena cowok”

“ahhh Evaa lu mah ga bantuu ihhh”

“wkwkk tenang kali Taa, ntr juga baik sendiri tu anak”

“tau lahhh”

“apa gue call Aliya suruh kesini aja kali ya?”

“haa gila ya lo? Mana mau dia orang ada gue”

“ya bilangnya ga ada lo lahh, udah lahh nurut ajaaa”

Rita malas menanggapi ide Eva, dia lebih memilih uring-uringan di atas kasur sambil memainkan handphonenya. Sedangkan Eva sudah berhasil menyuruh Aliya untuk kerumahnya. Selang beberapa waktu Eva memutuskan kebawah untuk mengambil camilan.

“ehh Al udah sampe?”

“iyea”

“bantuin gue ambil camilan dulu di dapur terus bawa ke kamar”

“ngapain pake camilan sih?”

“mau nonton, biar seru aja”

Aliya menuruti saja perkataan Eva, setelah menyusun berbagai macam makanan dan minuman kaleng di wadah mereka berdua naik ke atas. Aliya cukup terkejut dengan keberadaan Rita disana tapi ia mencoba menutupinya.

“Al? Sinii ngapain berdiri di depan pintu?”

“eh? Iyaa” Aliya berjalan menuju sofa yang ada di kamar Eva

“kalian kenapa sih? Kok kek awkward gitu?” tanya Eva seolah tidak tahu menahu tentang apa yang terjadi.

Rita yang mendengar pertanyaan itu menghela nafas secara kasar dan memilih duduk di tempat tidur Eva. Aliya yang melihat itu merasa tidak suka.

“woyy gua nanya”

“tanya aja sendiri sama temen lo itu” Aliya menjawab dengan ketus

“dih emangnya dia bukan temen lo juga?”

“bukan”

“jahat banget, mentang mentang dia labil ga di akuin temen”

“apasih Vaa” Aliya mulai terlihat kesal.

“udah deh Vaa gausah pura-pura gatau”

“yaelah ga asik, gue kan mau mancing”

“soo?” lanjut Eva

Hening. Keadaan masih sama seperti sebelumnya, tak ada yang mau memulai percakapan selain Eva

“duhhh plis deh, Aliya lo kenapa sih ga dgrin penjelasan Rita dulu?”

“kok lo belain dia?”

“bukan ngebela Aliyaaa  tapi kamu ini lo keras kepala banget, ayodong masa lo mau berangkat malah berantem sih?”

“salah dia ngapain coba sama Vano?

“gini nii cemburu buta! Gatau dan gamau denger penjelasan orang, nyebelin tau gak!” Rita kesal

“lah lo juga sadar ga lo lebih nyebelin? Bocil, manja, keras kepala, labil!”

“kok lo jadi ngatain gue sih?”

“suka-suka emang kenyataanya gitu kan!?”

“aneh lo udah deh mending gue pulang aja! Emosi jiwa disini”

“yaudah sana”

Rita pulang dengan perasaan kesal

“Aliya kok lo gitu sihh”

“biarin”

“kebiasaan nihh tinggiin aja terus ego nyaa, gue tau yaa lo tu cmn kesal. Tapi buat dengar penjelasan dari Rita aja lo gamau”

“siapa yang ninggin ego? Ga ada tuh”

“udah gengsian, keras kepala lagi”

 

Hari ini Rita, Aliya, Eva, Vano dan Fadil berencana untuk bertemu sebelum Aliya berangkat ke jakarta.

“dil lo tau gak? Masa ada yang berantem, padahal kita kan mau pisah udah yakk” Eva membuka percakapan setelah beberapa menit hening.

“lah iya? Siapa?”

“adaaa orang”

“ohh iya kah? Siapa sih? Penasaran tauukk” ucap Rita yang di hadiahi dorongan kecil dari Eva

“masih berantem?” tanya Vano

“ya gitulah, lo tau sendiri orangnya gmn? Keras” ucap Rita

“huftt, Aliyaa itu ga kek yang lo liat, gue cuman minta tolong ke rita, serius deh”

“lah yaudah sih hubungannya sama gue apa?”

“ehhh ini kita mau kumpul buat berantem nih? Mending nyatu dulu buat hari ini jangan gini ah” ucap Fadil mencoba menengahi pembicaraan.

Semua mengangguk setuju dan memilih bercengkrama bersama walau pada kenyataannya Aliya dan Rita tidak saling tegur sapa.

Hari ini merupakan hari keberangkatan Aliya ke Jakarta. Orang tua Aliya, Abang Aliya, Rita, Eva, Vano dan Fadil pun tak absen untuk mengantar temannya itu.

“kamu baik baik di sana ya Al”

“iyaa mahh pasti kok”

“kalo kamu butuh sesuatu ngomong sama papa ya nanti ditransfer dana nya”

“iyaaa”

“dek?”

“apa?”

“gpp sihh”

“gajelas”

“lo, kasian gue ntar sama temen baru lo disana, ngadepin orang batu kek lo. Harus bisa sabar sih”

“wkwk setuju tuh bang!” Rita menyahut ucapan Abang Devan

“nyaut aja lo kek tiang listrik!” ucap Aliya

“udahhh, tante om sama abang mau langsung balik ya? Kalian disini nemenin Aliya bisa kan?”

“bisa dong tan” jawab Eva sopan

“yaudah tante tinggal ya? Kalian ngobrol dulu aja sambil nunggu”

Setelah kepergian keluarga Aliya mereka memilih duduk di kursi tunggu

“yakin nih gamau baikan sebelum pergi?” Eva memancing obrolan

“tau tuhh, mana udah jadian. Yakali gue ga dimaafin”

“aelah Rit kek gatau aja, gengsi boyyy” ucap fadil memanasi keadaan

“ehh udah dong, masa Aliya mau pergi kalian malah ribut” ucap Vano menengahi

“dih biar aja keles. Biar pergi dengan tenang, ga dendam!”

“berisik! Maaf” ucap Aliya pada akhirnya

“nah gitu dong dari tadi, jan gengsian”

“lo udah dimaafin juga malah ngatain”

“emosiii, santai lah Al, gue gak marah kok sama lo”

“baikan nih?” Tanya eva

“iyaaa” jawab Aliya dan Rita bersamaan

“ciee kompak banget sih yang baru baikan”

Mereka tertawa garing mendengar ucapan Fadil

“ahh akhirnyaa, kangen bgt gue ma kalian, sini sini peluk duluu” ucap Eva sambil menarik Aliya dan Rita ke pelukannya

“ikut dong” ucap Fadil

“NO!” ucap Rita, Aliya dan Eva serentak

Mereka tertawa bersama, bercanda dan terkadang membicarakan tentang masa di awal mereka bertemu.

“memiliki kaian merupakan anugrah tuhan untuk aku, terimakasih terus bertahan di samping aku dengan segala kekurangan yang aku punya. Terimakasih karena kalian aku bisa mempelajari banyak hal, kalian sudah merubah beberapa sifat buruk ku menjadi lebih baik. Maaf aku belum bisa menjadi seseorang yang sempurna untuk kalian” ucap Aliya dalam hati

Ia memandang teman-temannya yang sedang bercengkrama di sekelilingnya. Bagi Aliya mereka merupakan keluarga kedua yang harus dijaga.

 

 

Komentar