Transformasi Kebijakan Recorvery Economy di kala Pandemi. Strategi Jitu atau Semu?

LION ANTAR LEMBAGA

Hari dan Tanggal        : 21 agustus 2021 & 1 september 2021

Waktu                          : 16.00 Wita-Selesai

Pemulihan ekonomi nasional dilakukan dengan mengambil kebijakan fiskal dan moneter yang komprehensif. Di samping itu, Pemerintah juga mengalokasikan dana APBN untuk pemulihan ekonomi sebesar Rp 695,2 triliun.

Pemulihan ekonomi nasional diharapkan mulai terasa pada triwulan III. Meskipun tidak bertumbuh positif, diharapkan ekonomi nasional tidak berkontraksi sebesar triwulan II. Selanjutnya triwulan IV, diharapkan ekonomi nasional bertumbuh positif sehingga kontraksi tahun 2020 bisa ditekan sekecil mungkin. Sementara itu, pada tahun 2021, diharapkan ekonomi nasional akan mengalami recovery secara siginifkan.

Untuk mencapai tujuan di atas, terdapat 3 (tiga) kebijakan yang dilakukan yaitu peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas dunia usaha serta menjaga stabilitasi ekonomi dan ekpansi moneter. Kebijakan tersebut dilaksanakan secara bersamaan dengan sinergy antara pemegang kebijakan fiskal, pemegang kebijakan moneter dan institusi terkait. Kebijakan yang bisa dikatakan paling berpengaruh  adalah kebijakan terkait dengan peningkatan konsumsi dalam negeri. Karena ketika pangan dalam negeri meningkat maka perputaran ekonomi juga perlahan lahan akan meningkat pula, walaupun memang tidak meningkat secara spesifik akan tetapi mengamami kepastian.

Dari teori diatas sangat jelas sekali dan tersruktur terkait dengan strategi kebijakannya. Akan tetapi untukpengimplementasiannya, pemerintah bisa dikatakan kurang rapi dalam menerapkan kebijakan tersebut. selain itu, banyak hal-hal yang kurang efektif yang ditemukan dilapangan. Contohnya seperti masih kurangnya distribusi informasi terkait dengan bantuan kepada masyarakat guna meningkatkan perputaran ekonomi. Masih banyak pelaku umkm yang mengaku tidak mendapatkan bantuan tersebut dan bahkan tidak mengetahui informasi terkait hal tersebut. Hal ini dapat menandakan bahwa strategi kebijakan recovery economy ini, belum berjalan secara efektif dan efisien, kalau dibiarkan terus menerus maka tidak menutup kemungkinan strategi tersebut hanya menjadi kebijakan semu yang tidak memiliki dampak apa-apa. Makadari itu, berdampak atau tidaknya strategi recovery economy tersebut bergantung dari bagaimana pelaksanaan dilapangan. Kalau pengimplementasiannya efektif dan efisien, maka pasti akan memiliki dampak yang baik, pun sebaliknya, jika tidak, maka tidak menutup kemungkinan strategi tersebut hanya semu.

 

Komentar