Citayem Fashion Week Perlukah Dibubarkan atau Diberdayakan?


Hari dan Tanggal           : Sabtu, 6 Agustus 2022

Waktu                           : 15.45 Wita-Selesai

Citayam Fashion Week merupakan sebuah kegiatan yang mengarah pada peragaan busana di jalanan dan dibentuk secara komunal oleh anak-anak, yang juga kerap dikenal dengan istilah Sudirman, Citayam, Bojonggede, dan Depok (SCBD). Mengusung konsep Harajuku ala Jepang, Citayam Fashion Week dapat dijumpai di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di Stasiun MRT BNI Dukuh Atas dan Terowongan Kendal.

Citayam merupakan nama sebuah desa di Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Salah satu yang paling terkenal adalah nama Citayam diambil dari bahasa Sunda. Citayam terdiri atas dua kata, yakni Cit (dari kata peucit) dan ayam, menjadi pameuncitan ayam. Dalam bahasa Indonesia bermakna pemotongan ayam. Dilihat dari sejarahnya, penamaan Citayam sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Pada masa itu, Citayam adalah sebuah kawasan perkebunan milik orang Belanda atau dikenal dengan Land Tjitajam. Citayam termasuk dalam daerah Residen Batavia (Jakarta), Afdeeling (Kabupaten) Buitenzorg (Bogor), District (Kewedanaan) Paroeng. Saat itu, Citayam merupakan lokasi yang sudah maju peradabannya kala masa kolonialisme. Melansir heritage.kai.id, hal ini dibuktikan dengan keberadaan stasiun kereta sejak 1873 yang didirikan oleh perusahaan kereta api Belanda, Nedherlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Stasiun ini menghubungan antara jalur kereta api Jakarta-Bogor. Stasium ini juga melayani pemberhentikan untuk menaik-turunkan penumpang dan barang.

Bagaimana Latar Belakang Munculnya Citayam Fashion Week?

Ada pula yang membuat konten-konten di TikTok. Konten-konten kreator di TikTok ini lah yang mengangkat fenomena ‘Citayam Fashion Week’ atau ‘Citayem Fashion Show.’ Sering terlihat di TikTok aktivitas sekelompok remaja yang berlalu lalang di sekitar Sudirman, Jakarta Pusat.

Apa Dampak yang Ditimbulkan dari Citayam Fashion Week?

Adapun dampak positif yang ditimbulkan dari fenomena ini adalah :

1. Wujud kreatif dari remaja dalam dunia fashion. Citayam Fashion Week ini merupakan sarana bagi remaja untuk mengungkapkan diri mereka masing-masing melalui sebuah fashion. Selain itu, kreatifitas para remaja sebagai konten creator di media sosial meningkat karena tren ini. Tak perlu mahal dan mewah, para remaja tampil percaya diri dengan penampilannya.

2. Menguntungkan pedagang di sekitar. Berkat dari fenomena ini, sejumlah pihak merasa diuntungkan untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. Beberapa pihak yang diuntungkan seperti pedagang kaki lima (PKL). Pedagang di kawasan tersebut tentunya bisa menjual makanan dan minuman lebih banyak dari biasanya karena banyak masyarakat terutama anak muda datang dan penasaran akan fenomena tersebut.

3. Menambah keuntungan Jakarta dalam sektor Pariwisata. Kegiatan berwisata di perkotaan dengan menikmati seluruh unsur-unsur kota sehingga gaya hidup kota menjadi daya tarik wisata. Dari situlah, kawasan Sudirman menjadi tempat wisata dari berbagai daerah dipinggiran kota, sehingga wisata kuliner dan fashion sekitar lokasi tersebut menjadi naik dan membuat perekonomian kota dan sektor lain terangkat.

4. Menarik perhatian para tokoh. Fenomena Citayam Fashion Week ini juga menarik perhatian dari kalangan artis, selebgram, hingga tokoh ternama di Indonesia untuk datang kesana dan mencoba berjalan di catwalk tersebut. Selain itu, bukan sekedar datang dan mencoba berjalan di catwalk, mereka juga membuat konten untuk meramaikan akun media sosial mereka agar mendapat keuntungan dari fenomena ini.

Adapun dampak positif yang ditimbulkan dari fenomena ini adalah :

1. Kumuhnya lingkungan akibat sampah berserakan. Semakin viralnya fenomena ini, membuat banyak orang penasaran untuk datang langsung kesana. Namun, masyarakat banyak yang membuang sampah sembarangan sehingga membuat lingkungan sekitar menjadi kumuh dan kotor.

2. Rawannya penyebaran Covid-19. Para remaja ini kerap berkumpul tanpa mematuhi protokol kesehatan yang diterapkan di masa pandemi ini. Kegiatan tersebut dapat memicu penyebaran Covid-19 secara cepat, sehingga akan meningkatkan kasus Covid-19.

3. Mengganggu pengguna jalan. Kegiatan fashion ini menggunakan zebra cross sebagai catwalk di kawasan Sudirman. Hal tersebut tentunya membuat kemacetan dan mengganggu pengguna jalan lainnya. Padahal, fungsi zebra cross untuk menyebrang jalan ini malah dijadikan tempat catwalk.

4. Rawan tindak kejahatan. Sebagai tempat umum, bisa saja banyak para penjahat memanfaatkan keramaian tempat tersebut. Belum lagi cara berpakaian yang dinilai terlalu terbuka bisa mengundang pelecahan seksual dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

5. Dipadati anak di bawah umur. Para remaja tersebut banyak yang masih dibawah umur yang seharusnya berada di bawah pengawasan orang tua. Tentu saja ini meresahkan banyak orang. Belum lama, banyak remaja yang tidur di trotoar kawasan Dukuh Atas-Sudirman. Padahal, tindakan ini bisa sangat berbahaya dan rawan tindak kriminalitas.

Apa Saja Potensi yang Terdapat Pada Citayam Fashion Week?

Plt Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual Kemenkum HAM Razilu menyebut bahwa ada banyak keuntungan yang diperoleh jika pemohon berhasil mendaftarkan merek Citayam Fashion Week. Keuntungan utama adalah mendapatkan hak eksklusivitas atas merek tersebut. Direktur Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira juga mengatakan bahwa hal tersebut menggambarkan pusat pertumbuhan ekonomi terutama pada sektor informal yang bergeser ke pusat Jakarta, karena dulu daerah Sudirman dianggap dinikmati kelas menengah atas dengan mal yang mentereng, tapi ternyata anak-anak muda kreatif dari Citayam bisa geser persepsi itu. Akibatnya karena semakin ramai akhirnya muncul berbagai jenis bisnis informal yang ada di sudirman.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah juga menyebutkan fenomena ABG Citayam dengan ragam kreatifitasnya akan menjadi peluang pertumbuhan ekonomi di sana. Piter menjelaskan, jika pemerintah mendukung penuh kegiatan di sana khususnya pada fashion show, maka masyarakat yang tergabung di dalamnya akan menjadi lebih produktif. jika hal tersebut konsisten dilakukan, maka pendapatan warga Jakarta dan di sekitar kawasan Sudirman juga akan berdampak naik.

Adapun Direktur Pemasaran Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Yuana, menyebutkan pihaknya tidak menutup kemungkinan akan menggelar brand-brand lokal ke pameran di daerah tersebut. Selain itu, fenomena ini juga berpotensi menjadi subkultur.

Apakah Citayem Fashion Week Perlu Dibubarkan atau Dipertahankan dan Difasilitasi Selayaknya Event Lain?

Citayam Fashion Week (CFW) dibubarkan petugas gabungan dari polisi dan Satpol PP. Petugas melarang remaja-remaja melakukan fashion show di zebra cross saat Citayam Fashion Week, karena zebra cross untuk menyeberang. Tidak diperkenankan fashion show di atas zebra cross, silakan fashion show di trotoar. Selain itu, hal tersebut dialkukan juga dalam rangka untuk menjaga keamanan dan ketertiban di lingkup provinsi DKI Jakarta, serta menjawab kekhawatiran banyak orang tua karena anak-anaknya pulang larut malam setelah berkunjung ke Citayam Fashion Week.

Saran Dan Solusi Manakah yang Lebih Efektif, Membubarkan atau Memberdayakan Citayem Fashion Week?

Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah menilai seharusnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyikapi fenomena Citayam Fashion Week sebagai ajang kreativitas generasi muda yang ingin menunjukan eksistensinya. "Namun Pemprov DKI menyikapinya sebagai ajang yang menggangu ketertiban umum dan melanggar Perda No 8 tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. Bahkan Pemprov DKI menganggap Citayam Fashion Week melanggar UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Seharusnya Pemprov DKI sebagai pihak yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan membuat aturan penyelenggaraan Citayam Fashion Week. Sehingga kegiatan tersebut dapat memberikan nilai positif bagi generasi muda dan meningkatkan perekonomian Ibu Kota. Misalnya, dengan mengatur penyelenggaraan Citayam Fashion Week setiap minggu sekali seperti Car Free Day. Sehingga kegiatan tersebut tidak menimbulkan ekses negatif bagi masyarakat.

Selain itu Pemprov DKI juga bisa mencarikan tempat lainnya sebagai tempat terselenggaranya Citayam Fashion Week. Misalnya dipindahkan ke Kemayoran atau di Kota Tua yang memiliki lahan terbuka yang luas. Bukan malah menganggap mereka melanggar regulasi dan penyelenggaraan Citayam Fashion Week harus dilarang. Seharusnya tugas Pemprov DKI untuk mengedukasui agar kegiatan tersebut tak ekses negatif.

Kawasan Kota Tua yang tengah direvitalisasi dan direnovasi BUMN dapat dijadikan salah satu tempat alternatif penyelenggaraan Citayam Fashion Week. Pasalnya kawasan tersebut memiliki lahan yang luas. Apa lagi kawasan Kota Tua memiliki akses kereta api yang biasanya dijadikan sarana transportasi komunitas anak muda yang memeriahkan Citayam Fashion Week

Komentar